TEMPO.CO, Washington - Tersengat oleh reaksi keras Jerman setelah adanya penangkapan agen yang menjual rahasia ke Amerika Serikat dan terbukanya informasi soal aksi spionase ke negara itu, Central Intelligence Agency (CIA) menghentikan sementara aksi spionasenya terhadap pemerintah sekutunya di Eropa Barat. Adanya langkah terbaru CIA, badan intelijen AS, ini disampaikan oleh pejabat dan mantan pejabat Amerika Serikat.
Adanya jeda beberapa saat untuk melakukan aksi spionase ini dirancang untuk memberikan waktu kepada para petugas lapangan CIA untuk memeriksa apakah mereka sudah cukup berhati-hati dalam menjalankan pekerjaannya dan untuk mengevaluasi apakah aksi memata-matai sekutu cukup sebanding dengan risiko bakal ditangkap.
Di bawah perintah terbaru ini, petugas kasus CIA di sebagian besar Eropa dilarang melakukan "operasi sepihak", seperti melakukan pertemuan dengan sumber yang telah mereka rekrut di dalam pemerintahan negara sekutu. Pertemuan rahasia semacam itu adalah fondasi penting dari aksi mata-mata.
Namun petugas CIA masih diperbolehkan untuk bertemu dengan kolega mereka dari dinas intelijen negara tuan rumah dan melakukan operasi gabungan. Baru-baru ini, operasi bersama menargetkan warga dari negara ketiga -warga Rusia di Prancis, misalnya- kembali dilakukan. Tapi pertemuan dengan sumber-sumber independen di negara tuan rumah dihentikan, termasuk rekrutmen agen baru.
Penghentian aksi spionase umum dilakukan jika sebuah operasi terganggu, tetapi "tidak pernah selama atau sejauh ini", kata seorang mantan pejabat CIA, yang berbicara secara anonim. Jeda, yang berlaku selama sekitar dua bulan, diperintahkan oleh pejabat senior CIA melalui kabel rahasia.
Penghentian sementara ini adalah bagian dari dampak peristiwa 2 Juli 2014 lalu saat seorang pegawai badan intelijen Jerman ditangkap otoritas setempat. Ia semula diduga menjadi mata-mata untuk Rusia. Namun, ia mengatakan kepada pihak berwenang bahwa ia menyerahkan 218 dokumen intelijen Jerman kepada CIA.
Dalam kasus kedua, pihak berwenang Jerman juga menggeledah rumah dan kantor seorang pejabat pertahanan Jerman yang dicurigai juga menjadi mata-mata CIA. Pejabat pertahanan itu membantah tudingan tersebut. Tidak ada dakwaan yang telah diajukan terhadapnya.
Tak lama setelah penangkapan ini, Jerman meminta kepala kantor CIA di Berlin untuk meninggalkan negara itu --permintaan yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh sekutu AS. Langkah ini menunjukkan betapa seriusnya Jerman menangani masalah ini, karena sebelumnya juga sudah marah oleh pengakuan Edward Snowden yang mengatakan bahwa badan intelijen sinyal AS, National Security Agency (NSA), memata-matai warga Jerman dan menyadap ponsel Kanselir Jerman Angela Merkel.
Markas besar CIA khawatir bahwa insiden tersebut dapat menyebabkan dinas rahasia Eropa mulai mengamati lebih ketat personel CIA. Sebab, banyak petugas CIA di Eropa, yang biasanya beroperasi di luar Kedutaan Besar AS, menyatakan status mereka sebagai agen intelijen ke negara tuan rumah.
The Guardian | Abdul Manan
Berita Lainnya
ISIS Bebaskan 49 Warga Turki
Mengaku Sakit, Pria Ini Terobos Masuk Gedung Putih
Pria Ini Temukan Tomat Berbentuk Hati di Kebunnya
Petenis Andy Murray Dukung Referendum Skotlandia
Sierra Leone Tutup 3 Hari Demi Razia Ebola