TEMPO.CO, Johor Bahru – Aparat maritim Malaysia masih mencari tujuh warga negara Indonesia yang hilang dalam insiden kapal tenggelam di perairan Tanjung Piai, Johor, pada Minggu. Sedangkan jumlah korban meninggal dunia bertambah menjadi empat orang, terdiri atas tiga laki-laki dan satu perempuan.
Korban selamat mencapai 61 orang, terdiri atas 52 laki-laki dan sembilan perempuan. “Pihak KJRI Johor berkoordinasi erat dengan aparat di Malaysia,” kata Djudjur Hutagalung, Pelaksana Fungsi Penerangan Sosial Budaya Konsulat Jenderal Republik Indonesia, Johor Bahru, kepada Tempo, Kamis, 17 Juli 2014.
Kapal yang ditumpangi 72 orang tersebut dikabarkan tenggelam dan diketahui Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) yang sedang menggelar Operasi Tumpas di Perairan Tanjung Piai, Johor, sekitar pukul 23.30, Minggu, 13 Juli 2014.
Ke-52 korban selamat masih ditahan guna menjalani proses penyelidikan. Pihak APMM bersama Departemen Pemadam Kebakaran serta Pertahanan Sipil dan Kelautan mengerahkan lima kapal untuk mencari korban yang masih hilang. Perahu diduga kelebihan muatan sehingga tenggelam.
Lokasi tempat kejadian adalah rute yang biasa dilalui para imigran yang menggunakan kapal ilegal atau yang biasa disebut bot pancung. Rute tersebut berat ditempuh karena berombak tinggi, tetapi telah menjadi laluan tradisional. Di lokasi tersebut kerap terjadi insiden kapal tenggelam. Seperti pada 15 Juni lalu terjadi insiden yang menewaskan 36 orang dan pada Agustus sebelumnya ada 44 orang tewas atau hilang.
Baca Juga:
Djudjur mengatakan di antara WNI yang menggunakan bot pancung banyak juga yang berdokumen resmi. “Saya heran mengapa banyak teman-teman yang tertarik mengambil jalan pintas, padahal punya dokumen resmi,” kata Djudjur.
Dia mengungkapkan tarif boat pancung sekitar 1.000 ringgit, sedangkan pesawat biayanya sekitar 400-600 ringgit untuk maskapai penerbangan murah. “Lebih murah lagi naik kapal feri dari atau ke Batam. Hanya 80 ringgit. Dari sana bisa naik angkutan lain ke kota mana saja,” kata Djudjur. Wilayah yang kerap dijadikan titik penyeberangan termasuk daerah yang sulit sehingga kerap digunakan untuk penyelundupan.
NATALIA SANTI
Berita Terpopuler:
Tri Karya Usulkan Tiga Nama Pengganti Ical
Pamer Busana Muslimah, Syahrini Di-bully Netizen
Kiper Oblak Bergabung ke Atletico Madrid
Hanya 15 Persen Peserta SBMPTN Diterima di PTN