TEMPO.CO, Florida - Identitas pelaku bom bunuh diri di Suriah terkuak. Moner Mohammad Abu Salha, 22 tahun, diketahui lahir di Florida dan hobi bermain basket. Dia dibesarkan di lingkungan kelas menengah sekitar 90 menit selatan Orlando.
Keluarga Abu Salha menolak berkomentar kepada wartawan yang berkumpul di luar rumah mereka di Sebastian, Pantai Timur Florida, Sabtu, 31 Mei 2014.
Mark Hill, 46 tahun, mengatakan ia tidak tahu banyak tentang keluarga Abu Salha yang pindah ke kawasan itu dan menjadi tetangga barunya pada 2006 tersebut. "Mereka orang yang sangat baik, selalu menyenangkan," katanya.
Ia menjelaskan, meskipun ayahnya mengenakan jubah putih panjang dan ibunya berjilbab, Abu Salha tumbuh sebagai "anak normal" yang gemar mengenakan t- shirt dan menyukai basket. Pemilik toko kelontong itu diceritakannya sering meninggalkan rumah dengan pintu garasi terbuka.
Pemerintah Amerika Serikat mengakui Abu Salha telah melakukan perjalanan ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok militan. Sebanyak 70 orang warga AS diketahui mengambil jalan yang sama dengan Abu Salha. (Baca:Amerika Akui Warganya Jihadis Suriah)
Menggunakan nama samaran Abu Hurairah al-Amriki, Abu Salha adalah pelaku salah satu dari empat serangan bom pada 25 Mei di Provinsi Idlib. Ia bertindak atas nama Nusra Front, afiliasi Al-Qaeda yang berjuang untuk menggulingkan pemerintah Presiden Bashar al-Assad.
Menurut akta kelahiran yang diperoleh Reuters, pria bernama Moner Mohammad Abusalha lahir pada 28 Oktober 1991 di Palm Beach County. Di sekolah, ia merupakan siswa dengan kemampuan akademik rata-rata. Guru sekolah menengahnya mengatakan dia "mudah terganggu", tapi dapat berpartisipasi dengan baik dalam beberapa kelas dan menunjukkan usaha yang baik.
Foto-foto yang diunggah di situs media sosial menunjukkan ia berjenggot, tersenyum, dan menggendong kucing. Foto-foto ini sama dengan profil Facebook Abu Salha, yang menggambarkan dirinya sebagai seorang muslim taat yang menyukai video game, olahraga, dan Dunkin' Donuts.
Hassan Shibly, Direktur Council on American-Islamic Relations ( CAIR ), mengatakan ia tak tahu apa-apa tentang Abu Salha. "Sangat sedih melihat anak muda Amerika memilih menghabisi nyawanya dengan cara ini. Tidak ada pembenaran untuk pengeboman ini. Sungguh tidak bisa diterima," kata Shibly.
REUTERS | INDAH P.
Terpopuler:
ERP Pangkas Kemacetan Sampai 25 Persen di Swedia
Dishub Akui Perusahaan Luhut Ikut Tender ERP
Mabes Polri Limpahkan Kasus JIS ke Polda Metro