TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Australia Tony Abbott dipastikan tidak akan hadir dalam Open Government Partnership (OGP) Asia-Pacific Regional Conference di Bali pekan depan.
“Perdana Menteri berharap menghadiri konferensi Open Government Partnership di Bali pekan depan, sesuai dengan undangan Yang Mulia Presiden Yudhoyono. Perdana Menteri berterima kasih atas undangan itu, tetapi sayangnya tidak dapat hadir kali ini, dan dia berharap bisa mengunjungi Indonesia untuk bertemu dengan Presiden pada waktu yang sesuai bagi kedua pihak,” kata juru bicara Perdana Menteri Australia, Jumat, 2 Mei 2014.
Media Australia memberitakan ketidakhadiran PM Abbott terkait dengan “operasi pencegatan pencari suaka di laut” dan menyebut penolakan itu bisa memalukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. (Baca: Hubungan Indonesia-Australia Mundur Belasan Tahun)
Meskipun pemerintah Australia tidak berkomentar soal Operasi Kedaulatan Perbatasan, kebijakan Abbott yang bertujuan menghalau pencari suaka dari Australia, surat kabar dari Australia Barat melaporkan Komando Perlindungan Perbatasan telah mengawasi dan berencana mencegat perahu di perairan antara Pulau Jawa dan Ashmore Reef. (Baca: Hadang Manusia Perahu, Australia Terobos Indonesia)
Seandainya Abbot jadi datang, pertemuan di Bali bisa membuka lembaran baru hubungan kedua negara setelah terungkapnya penyadapan Australia terhadap Presiden Yudhoyono, Ibu Negara, dan beberapa pejabat lainnya.
Open Government Partnership (OGP) Asia-Pacific Regional Conference akan digelar pada 6-7 Mei 2014 di Nusa Dua, Bali. Pada tahun ini, Indonesia, salah satu dari delapan negara perintis OGP, memperoleh kehormatan sebagai Ketua OGP dengan Meksiko sebagai co-chair-nya. Kedelapan negara itu adalah Brasil, Indonesia, Meksiko, Norwegia, Filipina, Afrika Selatan, Inggris, dan Amerika Serikat. Dibentuk pada September 2011, OGP kini sudah beranggotakan 64 negara.
Tahun ini, konferensi mengangkat tema besar “Unlocking Innovative Openness: Impetus to Greater Citizen Engagement” untuk merumuskan agenda strategis dan operasional OGP pada 2014, membangkitkan mutu partisipasi negara-negara dan CSO dalam gerakan OGP, serta menarik lebih banyak negara di Asia-Pasifik untuk bergabung dengan OGP. (Baca lebih lanjut hubungan Indonesia-Australia di sini)
NATALIA SANTI
Berita Lainnya:
Panglima TNI Sidak Markas Kopassus, Ada Apa?
Bailout 6,7 T, Sri Mulyani: Saya Bisa Mati Berdiri
Arkeolog Inggris Temukan Puing MH370 di Vietnam