TEMPO.CO, Kiev - Di tengah situasi yang semakin memburuk, Rusia menarik duta besarnya di Ukraina. Keputusan menarik Duta Besar Rusia untuk Ukraina ini diambil setelah Presiden Viktor Yanukovych, yang pro-Rusia, dipecat parlemen pada Sabtu lalu. Pihak Moskow pun berang atas pemecatan itu.
Yanukovych digantikan oleh pemimpin kelompok pro-Uni Eropa dari oposisi, Olexander Turchynov, yang mengaku kini akan berfokus pada pengintegrasian lebih dekat dengan Uni Eropa. "Pertarungan ini memberi kita sebuah persatuan dan kekuatan," kata Turchynov.
Kerusuhan di Ukraina dan penggulingan Yanukovych dipicu penolakan pemerintah atas perjanjian dagang dengan Uni Eropa. Pemerintah memilih menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Rusia.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan oposisi Ukraina "telah merebut kekuasaan di Kiev, menolak pelucutan senjata, serta terus menggunakan kekerasan." Lavrov menuduh mereka menyimpang dari kontrak kesepakatan politik yang telah ditandatangani Yanukovych pada Jumat lalu sebagai bagian dari upaya mengakhiri kerusuhan di Ukraina. (Baca: Presiden Ukraina Dicegah Terbang ke Luar Negeri)
Seperti dikutip dari BBC, Senin, 24 Februari 2014, Rusia menarik duta besarnya, Mikhail Zurabov, pada Ahad kemarin untuk melakukan konsultasi-konsultasi lanjutan. Langkah ini diumumkan setelah Turchynov, yang merupakan sekutu dekat mantan Perdana Menteri Yulia Tymoshenko, memaklumkan pengangkatannya sebagai presiden sementara Ukraina. Dia berjanji mendirikan sebuah pemerintahan rakyat. "Kita harus kembali pada keluarga negara-negara Eropa," ujarnya saat pengangkatan.
Dia juga mengaku siap berdialog dengan Rusia. "Siap berdialog dengan basis cara baru, adil, setara, dan setuju pada pilihan Ukraina bergabung dengan Eropa," katanya. Anggota parlemen Ukraina diberi waktu hingga Selasa besok untuk membentuk pemerintahan persatuan yang baru. (Baca:Tymoshenko Janji Bawa Ukraina Merapat ke Uni Eropa)
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, dijadwalkan tiba di Kiev pada Senin ini untuk membahas dukungan Uni Eropa. "Untuk mencari solusi jangka panjang bagi krisis politik dan menentukan langkah-langkah menstabilkan situasi ekonomi," katanya.
Moskow baru-baru ini setuju menyediakan 11 miliar euro untuk mendukung perekonomian Ukraina. Pemberian ini dianggap sebagai imbalan atas keputusan kontroversial Yanukovych tahun lalu yang memutuskan tidak menandatangani kesepakatan dagang dengan Uni Eropa. Dengan penggulingan Yanukovych ini, timbul kekhawatiran Moskow akan menarik komitmen tersebut.
Saat ini ribuan pendukung oposisi masih berada di Alun-alun Lapangan Kemerdekaan di Kiev. Mereka sudah menempati alun-alun sejak November tahun lalu dan hingga kini tidak mengindahkan seruan oposisi untuk membubarkan diri.
Kementerian Kesehatan mengungkapkan 88 orang tewas akibat kerusuhan di Ukraina yang terjadi pekan lalu, sebagian besar korban berasal dari demonstran dan sisanya dari kepolisian.
Beberapa hari setelah kerusuhan, Yanukovych tampil di televisi dan bersikeras menyatakan dia adalah presiden Ukraina terpilih yang sah. Namun kini keberadaannya tidak diketahui. Ada yang melaporkan dia tengah berada di timur kota Kharkiv, namun laporan ini belum dapat dikonfirmasikan.
BBC | ROSALINA