TEMPO.CO , Gangwon - Reuni keluarga dua korea sempat terhenti selama 5 tahun. Keputusan reuni keluarga ini kembali diberlakukan setelah pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menjanjikannya dalam pidato kenegaraan yang disampaikan saat tahun baru Imlek sebulan yang lalu, 31 Januari 2014.
Reuni yang dilakukan di Gunung Keumgang, Kamis 20 Februari 2014 ini tidak hanya menggambarkan kegembiraan antara keluarga dua Korea. Melainkan pula menggambarkan, betapa timpangnya sistem politik di antara dua negara.
Sementara Korea Utara masih sibuk berjuang menegakkan ideologi sosialis-nya, ekonomi Korea Selatan membumbung jauh dengan ideologi demokrasinya dan jargon - jargon berbau Amerika.
Bagi orang tua yang menjadi peserta, reuni ini seperti kesempatan terakhir mereka bertemu dengan keluarga mereka, sebelum mereka meninggal dunia. Reuni seperti ini dilakukan pertama kali tahun 1985. Namun setelah itu reuni dihentikan.
15 tahun kemudian, tepatnya di tahun 2000 Presiden Korea Selatan, Kim Dae-jung, sebagai warga Korsel mengunjungi Korut pertama kalinya dalam Inter-Korean summit meeting. Saat itulah, Dae-jung menerapkan bantuan untuk Korea Utara yang disebut Sunshine Policy.
Kemudian reuni menjadi acara rutin setiap tahun, namun mulai terhenti di tahun 2008-2009. Keputusan itu terjadi setelah Korea Utara memutuskan untuk melakukan uji nuklir miliknya, Taepodong.
Total, sekitar 20 ribu warga dari dua Korea sudah mendaftarkan diri dan ikut program reuni tersebut. Hingga saat ini masih ada 71 ribu warga Korea Selatan - dimana setengahnya berusia di atas 80 tahun - terus menunggu kesempatan ini dan berusaha mencari keluarga mereka di Korea Utara.
NEW YORK TIMES | CHETA NILAWATY