TEMPO.CO, Canberra - Perdana Menteri Australia Tony Abbott menolak mengomentari laporan penyadapan yang dilakukan mata-mata Australia terhadap Indonesia, termasuk penyadapan telepon pribadi Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono. "Saya tahu laporan media," kata Abbot kepada Sydney Morning Herald. "Semua pemerintah mengumpulkan informasi."
Abbot menyatakan pemerintah Australia tidak pernah berkomentar tentang masalah-masalah intelijen tertentu. "Ini telah menjadi tradisi panjang pemerintah, dan saya tidak berniat untuk mengubah hal itu pada hari ini," katanya.
Agen mata-mata Australia menargetkan telepon pribadi dari Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dan lingkaran dalamnya. Demikian harian Australia, Sydney Morning Herald, mengangkat laporan yang berasal dari dokumen yang bocor dari mantan intelijen Amerika Serikat, Edward Snowden.
Menurut harian ini, dokumen tentang materi penyadapan terarsip dengan rapi di Direktorat Sinyal Pertahanan dan Departemen Pertahanan Australia. Selain SBY, target lainnya adalah Wakil Presiden Boediono, Ibu Negara Ani Yodhoyono, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa, dan mantan juru bicara Presiden yang disebut media ini bakal menjadi calon potensial presiden mendatang, Dino Patti Djalal.
Media itu menuliskan, file pembicaraan hasil sadapan disimpan dalam bentuk slide presentasi. "Jumlahnya yang jelas lebih dari satu," tulis media itu tanpa memerinci.
Sebuah slide ditandai sebagai "Top Secret" berisi hasil penyadapan ponsel pribadi SBY dan lingkaran dekatnya. Ada juga slide yang ditandai sebagai "IA Leadership Targets + Handsets", berisi tentang percakapan yang tampaknya disadap di jalur 3G.
Slide lainnya yang berjudul "Indonesian President Voice Events" berisi seluruh percakapan SBY menggunakan ponsel Nokia selama 15 hari pada bulan November 2009.
SMH | TRIP B
Berita terkait
Australia Sadap Telepon Presiden SBY 15 Hari
Menteri Pertahanan Australia Hindari Pers
Rapat DPR dengan Dubes AS soal Penyadapan Batal
SBY Minta BIN Klarifikasi Adanya Penyadapan