TEMPO.CO, Kairo - Mesir akan menggelar tender internasional pada Januari 2014 untuk membangun stasiun tenaga nuklir pertamanya. Ihwal ini disampaikan juru bicara Kementerian Listrik Mesir, Aktham Abouelela, Kamis 14 November 2013, sebelum berbicara dengan para pejabat Rusia soal kerja sama kedua negara.
Mesir membekukan program nuklirnya setelah bencana nuklir di Chernobyl pada 1986, tapi mengumumkan rencana untuk menghidupkan kembali rencana itu pada 2006. Rencana tender tersebut sudah dipersiapkan ketika Presiden Hosni Mubarak digulingkan pada Februari 2011.
Abouelela mengatakan, "Otoritas PLTN berencana meluncurkan tender internasional pertama pada Januari untuk membangun stasiun tenaga nuklir di Dabaa, dekat pantai Mediterania. Ini akan menjadi reaktor air bertekanan dengan kapasitas 950-1.650 megawatt. Stasiun ini akan memiliki dua unit."
Prospek ekonomi Mesir telah diliputi oleh ketidakpastian politik sejak kejatuhan Mubarak, yang menyebabkan krisis politik dan membuat para investor asing dan wisatawan pergi. Presiden Muhamad Mursi digulingkan oleh tentara pada Juli lalu pasca-protes jalanan besar-besaran terhadap pemerintahannya.
Belum jelas bagaimana Mesir akan membiayai stasiun nuklirnya ini. Tapi, setelah Mursi digulingkan, negara Mesir mendapat bantuan US$ 12 miliar dari Kuwait, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.
Para pejabat Mesir akan bertemu dengan menteri luar negeri dan menteri pertahanan Rusia, Kamis, 14 November 2013, untuk melakukan pembicaraan, yang diperkirakan juga akan menyentuh soal program nuklir. Mantan Menteri Perdagangan dan Industri Hatem Saleh mengatakan, April, lalu bahwa Rusia setuju membantu Mesir mengembangkan energi nuklirnya.
Kekurangan bahan bakar sejak pemberontakan terjadi pada 2011, yang berujung pada jatuhnya Mubarak, mengancam kelangsungan pembangkit listrik di negara berpenduduk 85 juta jiwa itu dan menyebabkan pemadaman listrik. Ini mendorong industri di Mesir untuk membeli listrik dari pemasok swasta, meski dengan harga tinggi.
Reuters | Abdul Manan