TEMPO.CO , Washington: Badan Keamanan Nasional (NSA) membenarkan adanya praktek penyadapan yang dilakukan Amerika Serikat terhadap pemerintah negara lain. Direktur NSA Jenderal Keith Alexander menegaskan, penyadapan tersebut diperintahkan oleh diplomat dan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat.
Pernyataan Alexander itu disampaikan dalam forum luar negeri dengan Dewan Kota Baltimore, seperti dilansir The Guardian, Jumat waktu setempat. Dalam pertemuan itu, mantan Duta Besar AS untuk Rumania, James Carew Rosapepe, meminta Alexander menjelaskan mengapa NSA menggunakan peralatan sadap untuk menyadap pemimpin demokrasi terpilih dan perusahaan.
Alexander mengatakan aksi penyadapan negara dilakukan atas permintaan pembuat kebijakan dan diplomat Negeri Abang Sam. “Karena kami, badan intelijen, tidak datang dengan tuntutan tersebut. Pembuat kebijakan yang datang dengan tuntutan tersebut," kata dia. "Salah satu kelompok itu termasuk--biarkan saya berpikir sebentar--oh…, duta besar," ujarnya, menyindir Rosapepe.
Alexander, yang akan pensiun setahun lagi, menjelaskan bahwa program penyadapan yang dilakukan NSA didasarkan pada payung hukum yang ada, yakni Undang-Undang Penyadapan Intelijen Asing. Dia juga menyatakan bahwa sambungan telepon pemimpin dunia yang disadap hanya dicatat tanggal, waktu, dan durasi. Menurut Alexander, konten percakapan telepon tersebut tidak diperlukan.
Salah satu bocoran intelijen yang menghebohkan dunia adalah laporan bahwa NSA telah menyadap percakapan telepon sedikitnya 35 pemimpin dunia, termasuk Kanselir Angela Merkel. Pemimpin negeri Jerman ini adalah salah satu sosok paling berpengaruh di Eropa.
THE GUARDIAN | RUSSIA TODAY | PRESS TV | SITA PLANASARI AQUADINI
Berita Terkait:
Bocornya Penyadapan SBY, Snowden Diduga Terlibat
Indonesia Minta AS Jelaskan Penyadapan di Jakarta
Penyadapan Telepon Merkel, Dubes AS Dipanggil
Kedutaan Australia di Jakarta Terlibat Penyadapan
Australia Tanggapi Serius Tudingan Penyadapan