TEMPO.CO, Kairo - Hubungan Amerika Serikat dengan Mesir yang memburuk dapat mempengaruhi situasi di Timur Tengah. Hal tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri Mesir, Nabil Fahmy, dalam sebuah wawancara dengan koran al-Ahram yang diterbitkan pada Rabu, 16 Oktober 2013.
Menurut Fahmy, ketidakstabilan yang melanda hampir seluruh wilayah terus meningkat dapat mempengaruhi pula kepentingan AS di sini (Mesir).
"Pada saat yang sama, saya sangat mengkhawatirkan situasi seperti ini," ucap Fahmy. "Rakyat Mesir tidak ragu dengan situasi seperti ini untuk menentukan pilihan bebas setelah mengalami dua revolusi," tambahnya.
Mesir mengkritik keputusan AS yang menunda bantuan militer dan ekonomi ke Kairo setelah terjadi tindakan keras terhadap Ikhwanul Muslimin, meskipun kebijaksanaan itu tidak akan memutuskan hubungan dengan sekutu lamanya.
Sejumlah pejabat AS yang tak disebutkan namanya menerangkan, keputusan penundaan itu menunjukkan bahwa Washington tidak nyaman dengan Mesir sejak militer mendongkel Presiden Muhamad Mursi dari kalangan Ikhwanul Muslimin pada 3 Juli 2013.
Kendati ketegangan kedua negara meningkat, papar Fahmy, dua negara itu akan tetap mempertahankan hubungan, sebab Mesir adalah jantung dan otak dunia Arab. "Mesir juga memiliki kepentingan dengan AS sebagai kunci kekuatan dunia."
AL ARABIYA | CHOIRUL
Berita Terpopuler
Ada Cacing Hati di Sapi Jokowi
Istri Akil Mochtar Minta KPK Buka Rekeningnya
Jokowi: Lihat Saja Nanti Siapa yang Disembelih
Roy Suryo Larang Timnas U-19 Temui Politikus
Mau Blusukan, Sultan HB X Minta Mobil Baru