TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia kesulitan memverifikasi kebenaran berita penyadapan yang dilakukan terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika menghadiri pertemuan G-20 di London. Sementara permintaan klarifikasi dari pemerintah Inggris juga belum mendapatkan jawaban.
“Berita dari media Australia tidak menyebutkan sumber berita sehingga ada kesulitan memverifikasi berita itu,” kata Staf Ahli Hubungan Luar Negeri Kepresidenan, Teuku Faizasyah, di sela-sela Perayaan Hari Nasional Maroko di Jakarta, Rabu, 31 Juli 2013.
Dia menegaskan, penyadapan merupakan tindakan yang tidak etis dalam hubungan bilateral. “Tindakan penyadapan bukan sesuatu yang bisa dibenarkan dalam praktek hubungan bersahabat antarnegara karena dengan demikian menimbulkan masalah kepercayaan,” Faiza memaparkan.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri memilih untuk tidak menanggapi isu tersebut. “Tidak semua isu ditanggapi Presiden, menteri. Kepala BIN sudah cukup, supaya derajat masalah bisa dikelola secara profesional,” kata Faiza.
Indonesia memastikan untuk memberikan pengamanan terbaik agar tidak terjadi penyadapan dalam Konferensi Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik, awal Oktober mendatang. “Kita memperlakukan para tamu secara terhormat, memberikan privasi, dan memfasilitasi apa yang mereka perlukan,” kata Faiza.
NATALIA SANTI
Topik Terpanas:
Ahok vs Lulung | Anggita Sari | Bisnis Yusuf Mansur | Kursi Panas Kapolri | Daging Impor
Berita Terpopuler:
Ahok-Lulung Berseteru, Ini Kata Kemendagri
Joe Taslim Pindah Agama Demi Cinta
Bang Ucu: PKL Bongkar Sendiri atau Saya Bakar
SBY ke Lumajang, Dukun Semeru Dikerahkan
Ahok: Jewer Saja, Kuping Saya Sudah Panjang, Kok!
Briptu Rani Syok Dipecat dari Kepolisian