TEMPO.CO, Kabul - Amerika Serikat segera memulai pembicaraan langsung dengan pemimpin Taliban dalam beberapa hari ke depan. Hal ini dilakukan setelah Washington setuju untuk menghapus serangkaian prasyarat yang sebelumnya dibuat.
Dalam hitungan hari, perwakilan politik Taliban akan segera bertemu dengan para pejabat Afganistan dan AS di Doha, Qatar. Pejabat AS menyebut pertemuan itu sebagai jalan menuju "perdamaian dan rekonsiliasi".
Langkah ini datang pada hari yang sama ketika pasukan NATO menyerahkan kendali resmi keamanan nasional pada pasukan Afghanistan. Kurang dari 12 jam kemudian, AS menegaskan bahwa empat personel AS tewas di pangkalan udara Bagram dekat Kabul, dalam apa yang dianggap sebagai serangan mortir.
Sebelumnya Taliban, dalam sebuah pernyataan mengumumkan rencana mereka untuk pembicaraan damai. Mereka mengatakan tidak akan membiarkan siapa pun untuk mengancam atau membahayakan negara lain dari tanah Afghanistan, langkah yang dipandang AS sebagai penting untuk memutuskan hubungan dengan al-Qaida.
AS telah sepakat bahwa penolakan formal al-Qaeda oleh pimpinan Taliban akan menjadi "tujuan negosiasi" daripada prasyarat bagi pembicaraan. Mereka juga akan mencari komitmen dari Taliban untuk mengakhiri pemberontakan di Afghanistan dan mengakui hak-hak perempuan di negara ini.
"Ini merupakan langkah awal yang penting, tetapi itu akan menjadi jalan panjang," kata seorang pejabat senior AS. "Kami telah lama mengatakan konflik ini tidak akan menang di medan perang, itulah sebabnya kami mendukung pembicaraan."
Para pejabat Gedung Putih mengatakan mereka percaya delegasi Taliban dalam pembicaraan itu merupakan unsur dari kepemimpinan, termasuk kelompok yang lebih radikal seperti jaringan Haqqani.
Ben Rhodes, wakil penasehat keamanan nasional, mengatakan AS akan mendukung proses dialog yang secara fundamental dipimpin Afganistan. "Kita bisa memainkan peran dalam berbicara dengan Taliban serta dalam mendukung proses perdamaian," katanya.
Seorang juru bicara Taliban mengatakan kelompok itu membuka kantor di Doha untuk "mencapai pemahaman dan memulai pembicaraan dengan negara-negara di dunia untuk tujuan memperbaiki hubungan dengan mereka." Juga, akan menjadi solusi politik untuk mengakhiri "pendudukan Afganistan".
Usulan pembukaan kantor di Doha telah direncanakan sejak 2011, dan beberapa tokoh senior Taliban telah tinggal di Qatar selama berbulan-bulan. Di Kabul, Presiden Afghanistan Hamid Karzai mengatakan dia berharap pembukaan kantor Taliban akan membuka pembicaraan awal antara mereka dengan pemerintah saat ini.
GUARDIAN | TRIP B
Terhangat:EDSUS HUT Jakarta | Kenaikan Harga BBM | Rusuh KJRI Jeddah
Baca Juga:
Mereka Tertolong dengan KJS ala Jokowi-Ahok
Eddies Adelia Kaget Ully Artha Telah Mualaf
Nazaruddin 'Paksa' Kurir Jadi Dirut
Radja Nainggolan: Saya Bukan Tentara Bayaran!