TEMPO.CO, PHNOM PENH - Ribuan buruh pabrik sepatu Nike di Kamboja melakukan aksi demonstransi, Senin, 3 Juni 2013. Aktivis menyatakan polisi menangkap sedikitnya delapan orang demonstran.
Mereka menuduh polisi menggunakan kekuatan yang berlebihan dan intimidasi untuk membubarkan aksi. “Penangkapan itu merupakan ancaman bagi ribuan pekerjaan pabrik agar tidak meneruskan aksi protes mereka. Situasinya memburuk,” kata Say Sokny, Sekretaris Jenderal kelompok aktivis Free Trade Union (FTU).
Pihak FTU mengklaim sedikitnya 10 orang luka-luka dalam insiden di Pabrik Garmen Sabrina Kamboja, di Provinsi Kampong Speu, di wilayah selatan. Demonstran yang ditangkap termasuk tujuh anggota FTU.
Polisi mengatakan mereka terpaksa turun tangan karena demonstran melempari pabrik dengan bebatuan. Selain itu dua kelompok pekerja juga saling bertikai.
“Kami harus membubarkannya untuk melindungi pabrik,” kata Kheng Tito, juru bicara polisi militer nasional Kamboja. Dia menambahkan 20 petugas luka-luka akibat batu dan kayu yang dilemparkan demonstran.
Insiden tersebut menyusul kekerasan yang terjadi di pabrik yang sama pekan lalu. Polisi anti huru hara diduga menggunakan tongkat kejut untuk membubarkan demonstran. Para pemrotes mengklaim seorang wanita yang sedang hamil mengalami keguguran.
Beberapa hari kemudian, tiga orang dipukul hingga pingsan, setelah polisi menembakkan jet air ke arah demonstran di Phnom Penh soal sengketa lahan.
Kamboja akan menyelenggarakan pemilihan umum 28 Juli. Perdana Menteri Hun Sen yang telah berkuasa sejak tahun 1985 berusaha mempertahankan kekuasaannya. Industri tekstil diKamboja mempekerjakan 650 ribu orang, dan memproduksi pakaian bagi merek-merek Barat yang terkenal.
Kamboja memperoleh pendapatan US$ 4,6 miliar dari ekspor garmen tahun lalu, di tengah kritik murahnya upah buruh dan kondisi yang buruk dalam industri tersebut.
CHANNEL NEWS ASIA | NATALIA SANTI