TEMPO.CO, Budapest - Pengusaha gaek yang spekulasinya kerap dituding memicu krisis moneter Asia Tenggara pada 1997-1998 itu berniat merumuskan teori di bidang ekonomi. "Manusia tidak seperti ilmu pasti yang mudah dijelaskan dan diprediksi. Ilmu ekonomi menunjukkan kelemahannya ketika tak bisa mendeteksi krisis yang lalu," ucapnya.
Menurut Soros, ia sedang merancang kerangka teori dengan dua pilar utama, fallibility (kesalahan) dan reflexivity (saat bias individu mempengaruhi transaksi pasar). Namun, Soros berpendapat, latar belakang pendidikannya tak mencukupi ambisinya sehingga dia ingin mengikuti kuliah filsafat ilmu sosial di Central European University, yang berpusat di Bupadepst.
"Jadi, pada semester musim gugur ini, saya akan kuliah bersama kalian," tutur pria yang lulus dari London School of Economics tahun 1952 tersebut.
Soros menyumbang US$ 800 juta untuk pendirian CEU pada 1991, tak lama setelah runtuhnya tembok Berlin, yang menandakan jatuhnya blok komunis. Pria asal Hungaria yang mulai sukses di Amerika Serikat ini juga mendirikan Open Society Institute pada 1993.
Lembaga yang kini bernama Open Society Foundations itu mempromosikan tata kelola demokratis, hak asasi manusia, serta reformasi ekonomi, legal, dan sosial. Soros dikenal sebagai salah seorang tokoh neoliberal di dunia, namun juga rajin menyumbang beragam proyek sosial.
BUNGA MANGGIASIH (BUDAPEST)
Terpopuler:
Otak Pembuat Film Anti-Islam Sering Dipenjara
Hari Ini Pasca Jumatan, Demo Anti AS Memuncak
Habis Sholat Jumat, Protes Film Anti-Islam Memanas
Hillary Clinton Kutuk Film Innocence of Muslims
Foto Topless Kate Muncul di Majalah Prancis