TEMPO.CO, Damaskus - Pembantaian warga sipil kembali terjadi di Suriah. Sedikitnya 220 orang tewas dalam pembantaian yang diduga dilakukan pasukan pemerintah dan milisi pro-pemerintah Suriah di Desa Tremseh di Provinsi Hama. Demikian dilaporkan aktivis oposisi pada Jumat pagi, 13 Juli 2012.
Menurut para aktivis, pembantaian itu terjadi sejak Kamis pagi ketika pasukan pemerintah mengepung desa itu serta menembakkan mortir dan persenjataan berat. Setelah itu, milisi Alawite yang pro-pemerintah, Shabiha, memasuki desa dan mulai mengeksekusi warga.
Bila laporan para aktivis itu benar, maka inilah pembantaian terbesar sejak Suriah dilanda pemberontakan sejak Maret 2011.
"Mereka tewas karena dibombardir tank dan helikopter, persenjataan berat, serta dieksekusi.” Demikian pernyataan yang dirilis kelompok Dewan Revolusioner Hama.
Kelompok itu mengatakan pembantaian terjadi ketika milisi Alawite dari sekitar desa memasuki desa dan mulai membunuhi warga. “Seluruh rumah dihancurkan dan terbakar oleh pengeboman,” ujar aktivis dari Tremseh, Fadi Sameh, seperti dikutip Reuters.
Dia mengatakan meninggalkan desa sebelum ada laporan pembantaian, tetapi terus berhubungan dengan warga. Sebagian korban dikumpulkan di masjid setempat. “Kami mendata korban pria, wanita, dan anak-anak dari hampir seluruh keluarga di desa ini,” ujarnya.
Seorang aktivis dari Serikat Revolusioner Hama, Ahmed, mengatakan sementara ini pihaknya baru mengetahui identitas 20 dari 60 korban yang dibawa ke masjid. “Masih banyak korban yang berada di tempat kejadian, di sungai dan di rumah-rumah. Warga terbunuh saat berusaha melarikan diri ketika pengeboman terjadi,” kata dia.
Stasiun televisi pemerintah melaporkan tiga anggota tentara terbunuh dalam pertikaian di Tremseh. Stasiun televisi itu juga melaporkan terjadinya pembantaian, tetapi mereka menyalahkan “kelompok teroris bersenjata”.
Kamis malam, lembaga hak asasi manusia yang berbasis di London, Observatori Suriah untuk Hak Asasi Manusia, menyatakan serangan oleh pemerintah menewaskan sedikitnya 100 orang. Hingga tadi malam, baru 30 korban yang berhasil diidentifikasi.
“Pasukan pemerintah membombardir desa dengan tank dan helikopter,” kata direktur lembaga itu, Rami Abdel Rahman.
Aktivis HAM mencatat korban tewas akibat pemberontakan di Suriah sudah mencapai 17 ribu orang. Pembantaian terbesar sebelumnya terjadi di Provinsi Houla pada Mei lalu. Sejumlah 108 orang tewas dalam tragedi itu, termasuk 49 anak-anak dan 34 perempuan.
REUTERS | GUARDIAN | SAPTO YUNUS
Berita Terpopuler:
Foke Tidak Angkat Telepon dari Jokowi?
Jokowi Dituding Khianati Warga Solo
Pilkada DKI Digugat ke MK, Jokowi Bisa Menang 1 Putaran
Jokowi Unggul Karena Ilmu ''Kebatinan''
Demokrat: Foke Kalah Karena Warga Berlibur
PDIP Emoh Urusi Putaran Kedua Pilkada Jakarta
John Kei Terancam Hukuman Mati
Ameri Ichinose, Bintang Porno Kekasih Kagawa
Jokowi Menang, Taufik Kiemas Kembali Sentil Mega