TEMPO.CO, Moskow - Musibah serupa yang terjadi pada pesawat Sukhoi Superjet 100 bukan yang pertama bagi Rusia. Puluhan tahun yang lalu, hal yang sama pernah terjadi dan penyelidikan "diarahkan" pada kesalahan manusia.
Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di Bogor menjadi andalan Rusia untuk menuju kebangkitan kembali industri kedirgantaraannya. Sejumlah analis menyebut, Rusia akan "selamat" dari merosotnya citra jika penyelidikan mengarah pada human error, semisal pilot sebagai penyebab kecelakaan.
"Kalau kesalahan pilot, maka itu bukan pukulan besar bagi industri kedirgantaraan Rusia. Namun, jika itu adalah masalah teknis dengan pesawat, maka benar-benar dapat mempengaruhi persepsi pelanggan mengenai kemampuan pesawat," kata Tom Chruszcz, direktur di lembaga pemeringkat Fitch.
Keadaan dan potensi kehilangan prestise echo seperti itu pernah dialami Rusia dalam kecelakaan terkenal dari pesawat bermesin delapan Tupolev milik Uni Soviet, bernama Maxim Gorky, selama penerbangan demonstrasi pada 1935. Kecelakaan hampir 77 tahun lalu itu menempatkan sang pilot sebagai penyebab kecelakaan. Namun sampai sekarang, fakta mengenai insiden itu tak pernah dijelaskan dan dibuka di muka publik.
Dalam kecelakaan kali ini, sejak awal seorang pejabat senior Rusia menyebut kecelakaan itu disebabkan oleh kesalahan pilot, bukan kegagalan teknis. Namun analis keselamatan memperingatkan bahwa terlalu dini untuk mengatakan apa yang menyebabkan bencana.
Reputasi perusahaan Barat juga diikatkan pada masa depan Superjet ini. Boeing bertindak sebagai konsultan pada proyek SSJ-100, termasuk untuk penerbangan dan pelatihan pemeliharaan awak. Namun perannya terutama dilihat sebagai satu simbolis. Kelompok AS ingin memanfaatkan persediaan titanium Rusia untuk generasi berikutnya dari pesawat jet.
Perusahaan Prancis dan Italia juga berinvestasi dan ini telah menjadi titik jual kunci dalam upaya pemasaran Sukhoi. Alenia Aeronautica, sebuah unit dari Finmeccanica Italia, membeli 25 persen dari divisi sipil Sukhoi untuk mendukung proyek. Mereka bertanggung jawab untuk pemasaran global dan dukungan purna jual yang baik dan penting untuk memenangkan kontrak.
"Industri kedirgantaraan Rusia runtuh setelah Perang Dingin dan Rusia bertujuan untuk bekerja dengan cara mereka kembali ke penerimaan pasar komersial dengan menggandeng pemasok Barat untuk meningkatkan standar, prosedur manufaktur, dan dukungan produk," kata analis Richard Aboulafia dari Teal Group yang berbasis di Virginia.
"Kecelakaan ini tidak berarti mereka tidak dapat melakukannya, tetapi jelas sebuah kemunduran dan itu akan tergantung apa yang ditemukan dalam penyelidikan. Ada banyak yang kita belum tahu," ucapnya.
Hingga saat ini pemerintah Rusia belum mengomentari kemungkinan penyelidikan diarahkan kepada human error.
TRIP B | THE MOSKOW TIMES
Berita terkait:
Wapres Rusia Duga Sukhoi Jatuh karena Human Error
Pilot Sukhoi Diduga Terlalu Ceroboh
Bahrain Pun Kepincut Sukhoi Superjet 100
Sukhoi yang Jatuh Andalan Rusia