TEMPO.CO, Beijing-- Pemerintah Cina menyatakan bersedia mengirim satu tim pengamat untuk bergabung dengan tim pemantau PBB guna melihat proses gencatan senjata di Suriah yang sudah berlangsung sejak pekan lalu. Dengan keputusan ini, berarti negara asal panda itu mulai meninggalkan Rusia--konco yang pada awal tahun ini sama-sama menolak resolusi PBB soal krisis di Suriah.
"Cina akan terus memainkan peran positif dan konstruktif dalam memfasilitasi resolusi yang adil, damai, dan tepat terhadap masalah di Suriah," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri, Liu Weimin, kepada wartawan di Beijing.
Liu tidak memberi perincian soal kapan dan berapa personel yang akan diterjunkan ke Suriah. Menurut dia, permasalahan teknis semacam itu masih didiskusikan dengan PBB. “Selain personel, secara finansial pun kami bakal bantu,” katanya.
Saat ini di Suriah sebenarnya sedang terjadi proses gencatan senjata yang diprakarsai oleh utusan khusus PBB untuk Suriah, Kofi Annan. Namun Sekretaris Jenderal Ban Ki-moon menyatakan kondisi itu rusak akibat masih terjadinya kekerasan di beberapa pelosok Suriah.
Berdasarkan laporan resmi PBB yang terakhir, jumlah korban tewas akibat 13 bulan pertempuran mencapai 9.000 orang. Melihat kondisi itu, Ki-moon mendesak Dewan Keamanan PBB segera mengirim 300 pengamat dalam waktu dekat.
Sementara itu, kejutan datang dari Pentagon. Kepala Militer Amerika Serikat Jenderal Martin Dempsey mengatakan Amerika siap melakukan inisiatif mengirim pasukan ke Suriah kapan pun diperlukan. “Amerika siap hentikan kekerasan dengan jalan militer,” ujar Dempsey di depan Kongres Amerika Serikat.
SANDY INDRA PRATAMA I WASHINGTON POST I NOWLEBANON.COM