TEMPO Interaktif, Iran menolak permintaan Amerika Serikat agar mengembalikan pesawat silumannya yang dirampas militer Iran.
"Jet tanpa awak yang digunakan Amerika Serikat sebagai mata-mata itu, kini, menjadi properti militer Iran. Selanjutnya, kami memutuskan untuk apa pesawat tersebut, itu terserah kami," ujar Menteri Pertahanan Iran, Ahmad Vahidi.
Baca Juga:
Teheran menembak jatuh pesawat tanpa awak RQ-170 Sentinel, awal bulan ini, di sebelah timur wilayah Iran. Vahidi katakan, Amerika Serikat harus meminta maaf karena menginvasi wilayah udara Iran. sampai sejauh ini, jelas Vahidi, Amerika Serikat bersikeras menolak mengakui telah memasuki wilayah Iran secara tak sah.
"Pesawat mata-mata Amerika Serikat sekarang ini menjadi properti Iran dan negara kami akan memutuskan langkah selanjutnya," papar Vahidi seperti dikutip kantor berita Isna menyusul permintaan Presiden Barack Obama agar Iran mengembalikan pesawat tersebut.
"Alih-alih minta maaf kepada rakyat Iran, Amerika Serikat justru berani-benarinya meminta Iran mengembalikan siluman besi itu," tambahnya, seperti dilaporkan kantor berita semi resmi lainnya Mehr.
Baca Juga:
Senin, 12 Desember 2011, televisi Iran melaporkan bahwa sejumlah ahli militer sampai pada langkah akhir yakni akan mengorek data yang ada dalam pesawat tanpa awak tersebut. Salah seorang anggota komite keamanan nasional parlemen Iran, Parviv Sorouri, mengatakan informasi yang diperoleh harus digunakan untuk menggugat Amerika Serikat atas upaya invasinya.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengakui pesawat mata-matanya telah ditembak jatuh militer Iran, awal bulan ini. Pengakuan tersebut disampaikan, Senin, 12 Desember 2011 di tengah-tengah kunjungannya ke Irak. Untuk itu, Obama meminta Iran mengembalikan siluman besi tersebut. "Kami sudah meminta Iran mengembalikannya, kita lihat saja bagaimana reaksi negara itu," ucapnya di depan wartawan didampingi Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki.
Para pejabat AS dan analis meragukan kemampuan Iran meniru pesawat itu--setidaknya tanpa bantuan dari Rusia atau Cina. "Pesawat AS ini sangat canggih dan tidak jelas apakah Iran memiliki keahlian untuk mengeksploitasi teknologi canggih itu--termasuk sensor di pesawat," kata seorang pejabat AS baru-baru ini.
BBC | CHOIRUL