TEMPO Interaktif, Bangkok - Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra membatalkan rencana untuk menghadiri sebuah forum perdagangan Asia Pasifik di Hawaii akhir pekan ini. Yingluck masih berusaha mengatasi banjir yang terjadi di negaranya.
Banjir yang mengancam lebih dari 9 juta penduduk dan kritik yang bertebaran menguji keuletan pemerintah. "Sekarang saatnya bagi seluruh rakyat Thailand untuk saling membantu. Jadi, saya sudah sampaikan (tuan rumah) bahwa saya tidak akan hadir," kata Perdana Menteri Yingluck Shinawatra, Selasa, 8 November 2011.
Banjir terjadi pada akhir Juli dan telah menewaskan 527 orang, sebagian besar karena tenggelam. Beberapa provinsi di utara Ibu Kota Bangkok telah kebanjiran selama lebih dari sebulan. Meski mulai surut dalam beberapa hari terakhir, air masih menggenang di bagian selatan.
KTT ini diselenggarakan oleh Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Sekitar 21 pemimpin negara akan hadir, di antaranya Presiden Cina Hu Jintao dan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono.
Kesempatan ini akan digunakan Yingluck sebagai politikus pemula untuk mengatasi masalah ini. Ia pun sedang menghadapi kritikan dari saingan politiknya yang terus berupaya mengeksploitasi masalah banjir ini.
Sebelumnya, 63 senator telah mengajukan mosi untuk dilakukan debat umum agar pemerintah memberikan penjelasan soal penanganan banjir. Yingluck sudah membatalkan perjalanan perkenalan ke Cina bulan lalu karena krisis banjir.
Menteri Energi Pichai Naripthaphan memprediksi banjir mulai mereda di ibu kota pada pertengahan November. Pejabat tinggi dan para ahli telah memberikan perkiraan bervariasi dari berapa banyak air yang masih akan membanjiri Bangkok dan berapa lama ancaman itu.
Namun, para pengamat menyatakan bahaya terbesar telah lewat. Pemerintah masih memasang karung pasir mengantisipasi semua hal yang mungkin terjadi. Evakuasi telah diperintahkan di 12 dari 50 distrik di Bangkok.
Federasi Sepakbola Australia juga sudah meminta kualifikasi Piala Dunia melawan Thailand yang dijadwalkan pekan depan dipindah ke sebuah stadion lebih kecil di Bangkok.
AP/EKO ARI WIBOWO