TEMPO Interaktif, LONDON: Ancaman Perdana Menteri Inggris David Cameron, akan menghentikan bantuan dana bagi negara yang mengkriminalisasi kaum homoseksual, menuai kecaman dari berbagai pemimpin agama kemarin.
Juru bicara Gereja Presbyterian Ghana, Pendeta Profesor Emmanuel Martey meminta pemerintah Ghana mengabaikan ancaman itu. "Perdana Menteri Inggris harus menghentikan kediktatoran konstitusionalnya. Dia justru harus menghentikan ancamannya jika percaya pada demokrasi dan hak asasi manusia," kata Martey kepada Citi Breakfast Show.
Hal ini diamini pemimpin Ahmadiyah Maulvi Wahab Adams. Dia mendesak pemerintah tetap melakukan kebijakan yang benar secara moral. Ancaman ini juga semakin menegaskan bahwa pemimpin Afrika harus lebih mandiri agar tak terus didikte, ujarnya kepada Radio Ghana.
Inggris menjadi negara donor terbesar bagi Ghana. Negara yang tergabung dalam Persemakmuran ini menerima 85 juta poundsterling atau Rp 1,2 triliun pada 2010 dari Inggris.
Ancaman Cameron dipicu oleh laporan internal pertemuan Negara Persemakmuran akhir pekan lalu di Perth, Australia. Inggris adalah salah satu negara pendonor terbesar di dunia. Kami ingin negara penerima donor menjalankan hak asasi manusia dengan baik, ia menegaskan dalam wawancara dengan stasiun televisi BBC pada Ahad kemarin.
L BBC | GBC GHANA | VIBE GHANA | SITA P.A.