TEMPO Interaktif, Jakarta - Ribuan data rahasia bisa dibaca dan diunduh dari situs pembocor dokumen, WikiLeaks. Berbagai media di dunia pun memberitakan dokumen yang dibocorkan oleh WikiLeaks.
Sekretaris Jenderal International Federation of Journalists (IFJ) Aidan White mengingatkan para jurnalis untuk berhati-hati dan tidak lupa melakukan proses jurnalistik sebelum memberitakan dokumen tersebut. "Jurnalis harus bertanggung jawab dalam menggunakan dan mempublikasikan informasi," ujar White dalam konferensi lewat internet dengan wartawan Asia-Afrika termasuk Tempo, Selasa (21/12) malam lalu.
Proses jurnalistik yang dimaksud White adalah memverifikasi informasi, memastikan kebenaran dan relevansi. Dia mengakui Wikileaks merilis informasi yang tidak terjawab oleh jurnalis atau media saja, tetapi juga sistem informasi yang ditolak. "Untuk itu kita harus menggunakan akses kita secara hati-hati," ujarnya.
Dia juga berharap media bisa belajar lebih banyak untuk memainkan sebuah peran yang bertanggung jawab. Menurutnya jika jurnalis bertindak sesuai etika jurnalistik, mereka akan memperlakukan informasi Wikileaks secara hati-hati. Mereka juga akan memeriksa kredibilitas dan melihat kegunaannya, atau bisa tidaknya dipublikasikan tanpa menempatkan risiko pada setiap orang.
White juga mengatakan Wikileaks merupakan sebuah refleksi realitas informasi baru. "Kerahasian makin sulit, jadi bagaimana kita hidup dengan kebenaran," ujarnya. Menurutnya pada waktu mendatang harus ada sistem baru untuk memantau informasi. Tidak ada informasi yang bisa disembunyikan, tetapi jurnalislah yang secara profesional memutuskan rahasia yang perlu dipublikasikan. Jurnalis juga harus berhati-hati dalam menggunakan menyampaikan informasi, karena banyak pula yang telah dipenjara karenanya.
White mengingatkan kasus WikiLeaks bisa jadi titik serangan balik dari pemerintah untuk mengontrol informasi resmi lebih ketat dan melemahkan kebebasan informasi. "Kita harus siap untuk itu," ujarnya.
Pembicara lain Marietje Schaake, Anggota Parlemen Eropa dari Partai Liberal. Dia mengakui akses informasi tak hanya monopoli media dan lembaga politik. Menurutnya Wikileaks merupakan gejala dari kecenderungan untuk mengklasifikasikan informasi secara berlebihan. Pemerintah, terutama Amerika Serikat mempunyai masalah kredibilitas.
Menurutnya teknologi baru memungkinkan penyebaran informasi tanpa memungkinkan pelacakan sumber. Sehingga banyak orang bersedia menjadi pembocor atau peniup peluit. Pemerintah, kata dia, mempunyai informasi yang harus dirahasiakan. Dan pemerintah juga punya hak mengklarifikasi, mengklasifikasikan informasi yang harus dibuka. "Waktunya pemerintah lebih terbuka," ujarnya.
DIAN YULIASTUTI