TEMPO Interaktif: Pertemuan negara-negara maju yang tergabung dalam G-20 dan negara negara undangan di luar G-20 di Washington DC Amerika Serikat dimulai pada Jumat malam waktu setempat dengan pidato Presiden George W Bush.
Bush mengatakan "masalah ekonomi dunia tidak berkembang dalam sehari dan tidak dapat dipecahkan dalam sehari."
Dalam pidato itu Bush mengulangi pesannya saat berpidato di Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa pekan lalu dalam pertemuan antara kelompok agama, bahwa krisis finansial saat ini bukan disebabkan praktik ekonomi kapitalisme yang liberal.
"Kapitalisme pasar yang liberal telah menjadi mesin kemakmuran, kemajuan, dan mobilitas sosial di seluruh dunia," kata Bush dalam pidatonya hari Jumat. "Semua negara harus menolak kebijakan ekonomi yang berjalan dengan perlindungan pemerintah atau dijalankan secara gotong royong."
Awal Oktober lalu Amerika Serikat baru saja melindungi perusahaan-perusahaan finansial dan bank-bank AS yang menyatakan diri bangkrut dengan mengambil-alih beberapa bank dan menyalurkan bantuan likuiditas dengan nilai US$ 700 miliar. Krisis itu disalahkan pada kredit macet sektor perumahan kelas menengah di Amerka Serikat, sedangkan mingguan terbitan Inggris The Economist pada edisi akhir bulan September lalu menulis bahwa jumlah dana itu cukup untuk membiayai perang Irak yang dijalankan pemerintahan George W Bush sejak Maret 2002.
Krisis finansial itu membangkrutkan beberapa bank Amerika di mana investor dari seluruh dunia menempatkan uang mereka, tidak terkecuali dari Asia.
Pertemuan G-20 tahun 2008 sesuai jadwal sebenarnya sudah dilaksanakan di Sao Paolo Brazil pekan lalu, namun organisasi itu sepakat untuk mengadakan sebuah pertemuan khusus untuk membahas masalah ekonomi global akibat kerugian pasar modal dunia. Pertemuan yang dilaksanakan di Sao Paolo itu secara resmi hanya menghasilkan kesepakatan untuk mengadakan pertemuan di Washinton DC.
G-20 terdiri dari 19 negara dengan perekonomian paling maaju ditambah Ui Eropa, secara gabungan perekonomian kelompok itu mencakup 85 persen perekonomian dunia.
AFP | TNR