TEMPO Interaktif, Jakarta: Pemerintah Inggris dan Australia telah memastikan minatnya membeli emisi karbon yang dihasilkan dari hutan yang ada di Provinsi Jambi. Nilainya cukup besar, US$ 20 per ton selama satu tahun. Kepastiannya itu dituangkan dalam penandatanganan kerja sama antara Gubernur Jambi dan 10 bupati dan wali kota se Jambi dengan lembaga non pemerintah asal kedua negara tersebut.
Dari Inggris diwakili Peter N Kene dan Australia diwakili Charles B Sackson. Penandanganan kerja sama berlangsung di Kantor Gubernur Jambi, Rabu (12/11). Gubernur Jambi Zulkifli Nurdin, kepada wartawan mengemukakan, di Jambi saat ini memiliki sedikitnya 200 ribu hektare dan setiap hektarenya dapat menghasilkan 200 – 300 ton emisi karbon.
“Uang hasil penjualan ini tentu saja dapat memacu untuk melestarikan hutan. Ini sekaligus mengubah pikiran bahwa untuk mendatangkan uang tidak selalu dengan membabat hutan. Melestarikan hutan juga bisa mendatangkan uang”, kata Zulkifli.
Gubernur berjanji, uang hasil jualan karbon akan dibagikan kepada masyarakat, terutama yang bermukim di sekitar kawasan hutan. “Ini tahap awal dan dimungkinkan ke depan masih banyak negara yang meniru Inggris dan Australia,” ujarnya.
Bupati Tanjungjabung, Timur Abdullah Hich, mengaku gembira dengan kerja sama ini. "Daerah kami memiliki sekitar 32 ribu hektare hutan. Jumlah tersebut akan bertambah setelah adanya upaya pembangunan hutan bakau seluas 30 ribu hektare atas bantuan dana dari pemerintah Jepang,” katanya.
Mucktar Muis, Wakil Bupati Muarojambi, segera menyalurkan uang hasil jualan karbpn ke warganya di sekitar kawasan hutan. "Di daerah kami memeiliki sekitar 40 ribu hektare kawasan hutan yang dapat menghasilkan emisi karbon.”
Syaiful Bakhori