TEMPO.CO, Manila - Filipina mejelaskan, dana bantuan milik anggota ASEAN mungkin akan digunakan untuk membantu korban persekusi Rohingya yang mengungsi ke Bangladesh dari Myanmar.
Keterangan tersebut diumumkan oleh Menteri Dalam Negeri Filipina, Catalino Cuy, yang memimpin pertemuan tertutup para menteri ASEAN di Manila, Kamis, 21 September 2017.
Menurut Cuy, eksodus besar-besaran warga Rohingya dari Myanmar ke Bangladesh mungkin bisa dikategorikan sebagai pergerakan yang tidak biasa, oleh karena itu mereka perlu mendapatkan bantuan keuangan.
Baca: Krisis Rohingya, Hikmahanto: Myanmar Bisa Kena Sanksi Ekonomi
Dia mengatakan, Rohingya bisa masuk dalam kwalifikasi yang mendapatkan akses bantuan pembangunan dari ASEAN dan pihak Sekretariat harus menyetujui jika ada insiatif menggunakan dana bantuan untuk pergerakan yang tidak biasa guna membantu mereka.
Sejak 1978, warga Rohingya dihadapkan pada tekanan militer. Aksi tersebut disebut oleh PBB dan lembaga hak asasi manusia sebagai sebuah upaya Myanmar melakukan presekusi terhadap Rohingya atau bisa disebut sebagai pembersihan etnis.
Saat ini, diperirakan ada sekitar satu juta warga Rohingya tinggal di Myanmar sebelum krisis 2016-2017. Mereka adalah mayoritas muslim.
Baca: ICMI Desak ASEAN dan OKI Aktif Akhiri Derita Rohingya
PBB menjelaskan, pada 2013, telah terjadi persekusi yang paling berat di dunia terhadap minoritas Rohingya di Myanmar. Status kewarganegaraan Rohingya ditolak pada 1982 berdasarkan undang-undang nasional Myanmar.
Meskipun dalam sejarah bahwa warga Rohingya tinggal di kawasan itu sejak abad ke-8, namun hukum Myanmar menolak mengakui etnis minoritas sabagai salah satu dari delapan ras di sana. Mereka juga dibatasi ruang geraknya, termasuk memasuki jenjang pendidikan dan pekerjaan-pekerjaan sipil.
ANADOLU | CHOIRUL AMINUDDIN