TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah AS bisa mencegah serangan rudal nuklir Korea Utara menggunakan teknik peretasan komputer. “Ini seratus persen bisa dilakukan,” kata David Kennedy, pendiri lembaga TrustedSec dan salah satu pendiri Binary Defense System .
Menurut David, tim Siber AS bisa menggunakan peretasan komputer ini untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi penting dari dalam Korea Utara. Tujuan lainnya adalah menggunakan teknik peretasan ini untuk mencegah negara komunis itu menyerang negara lain.
Baca: Korea Utara Siap Luncurkan Bom Hidrogen ke Samudera Pasifik
Teknik peretasan ini pernah digunakan tim Siber AS untuk menyerang program pengembangan nuklir Iran dengan menggunakan malware Stuxnet. Ini berhasil menyerang centrifuges dari instalasi pengayaan uranium milik Iran dan membuat program ini mundur beberapa tahun.
“Jadi teknik ini bisa digunakan untuk menghentikan program pengembangan nuklir itu sendiri dan peluncuran rudal,” kata David yang juga seorang mantan marinir di militer AS.
Baca: Cerita Pembelot Korea Utara tentang Kengerian Kim Jong-un
Menurut David, militer AS tentu tidak ingin kemampuan peretasan ini diketahui pihak luar. Dengan peretasan sistem komputer yang terkoneksi dengan proses peluncuran rudal, maka tim siber AS bisa menanam kode-kode malware ini ke dalam setiap rudal Korea Utara.
Baca: Perang Nuklir oleh Korea Utara? Ini Bahan Dapur Anti Radiasi
Tim siber AS juga bisa menanam malware ini ke dalam sistem panduan rudal, yang bertugas mengarahkan rudal mencapai target. Kode-kode malware ini lantas bisa diaktifkan saat rudal-rudal itu diluncurkan. “Sehingga rudal-rudal itu bisa terbang berbalik ke arah Korea Utara sendiri,” kata Daniel.
Daniel juga menyarankan tim siber AS menanam sebanyak mungkin malware ini pada sistem komputer yang terkoneksi dengan mekanisme pembuatan rudal. Ini membuat militer AS memiliki kontrol penuh terhadap rudal Korea Utara.
Malware ini bisa diselundupkan lewat berbagai cara misalnya lewat stick RAM, yang biasa terpasang di semua komputer. Ada banyak komponen hardware di dalam komputer yang juga bisa dipasangi berbagai macam malware. Daniel juga menyarankan malware dipasang pada sistem kontrol rudal.
“Jadi walaupun misalnya malware ini ketahuan dan dihapus lalu digantikan dengan sistem firmware yang baru maka malware itu tetap ada pada komponen-komponen tadi dan aktif sehingga bisa digunakan,” kata Daniel.
Menurut Daniel ada banyak teknik peretasan komputer yang superrahasia, dan tidak bisa terdeteksi hingga waktu yang cukup lama. “Sehingga bisa diaktifkan pada saat dibutuhkan,” kata Daniel. “Ini adalah teknik-teknik peretasan yang hanya diketahui pemerintah AS dan sekutu.”
Menurut Daniel, selain pemerintah AS, pemerintah Cina dan Rusia juga memiliki teknik peretasan tingkat tinggi yang selevel. Sedangkan teknik peretasan Korea Utara relatif masih rendah dan lebih banyak ditujukan untuk sekadar menimbulkan gangguan dan bukan untuk menghimpun sebanyak mungkin informasi.
Korea Utara lebih banyak mengandalkan sekutu seperti Cina, yang kemampuan teknik peretasan komputernya jauh lebih tinggi, untuk keperluan menghimpun informasi intelejen. “Ini terlihat saat mereka menyerang perusahaan Sony terkait peluncuran sebuah film beberapa waktu lalu,” kata Daniel.
BUSINESS INSIDER | BUDI RIZA