Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Survei: Diskriminasi terhadap Muslim di Eropa Meningkat

image-gnews
Penulis Prancis-Yahudi, Marek Halter dan sejumlah pemimpin Muslim dari berbagai negara membentangkan spanduk saat melakukan tur Eropa ke lokasi serangan teroris yang terjadi baru-baru ini, di Brussels, Belgia, 10 Juli 2017. Puluhan pemimpin agama Islam menggelar tur Eropa ke lokasi serangan teror untuk mengingat para korban dan mengutuk aksi kekerasan yang dilakukan kelompok militan ISIS tersebut. REUTERS/Francois Lenoir
Penulis Prancis-Yahudi, Marek Halter dan sejumlah pemimpin Muslim dari berbagai negara membentangkan spanduk saat melakukan tur Eropa ke lokasi serangan teroris yang terjadi baru-baru ini, di Brussels, Belgia, 10 Juli 2017. Puluhan pemimpin agama Islam menggelar tur Eropa ke lokasi serangan teror untuk mengingat para korban dan mengutuk aksi kekerasan yang dilakukan kelompok militan ISIS tersebut. REUTERS/Francois Lenoir
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Survei terbaru menunjukan diskriminasi terhadap Muslim Eropa meningkat dalam satu dekade. Dengan dua dari lima atau sekitar 40 persen Muslim Eropa menghadapi perlakuan tidak adil saat mencari pekerjaan, mencari rumah atau mengakses layanan publik seperti pendidikan dan kesehatan.

Seperti yang dilansir Guardian pada 21 September 2017, hampir 30 persen responden dalam sebuah survei itu mengatakan mereka telah dihina dan 2 persen telah diserang secara fisik dalam 12 bulan terakhir.

Baca: Amerika Soroti Dugaan Diskriminasi Perempuan di Google

Survei tersebut dilakukan pada akhir 2015 dan awal 2016 oleh badan hak asasi fundamental Uni Eropa dengan melibatkan 10.500 umat Muslim di 15 negara termasuk Prancis, Jerman, Belanda, Spanyol, Swedia dan Inggris.

Sebagian besar dari mereka yang telah diperlakukan tidak adil dalam 5 tahun sebelum survei tersebut mengatakan mereka merasa didiskriminasi karena nama, warna kulit atau penampilannya. Sekitar 17 persen mengatakan mereka merasa didiskriminasi secara langsung karena kepercayaan atau agamanya. Angka persentasi ini mengalami peningkatan 7 poin pada survei sejenis yang diadakan tahun 2008.

Hampir 40 persen wanita yang mengenakan jilbab atau niqab di depan umum merasa didskriminasi saat melamar pekerjaan. Lebih dari 30 persen wanita yang mengenakan pakaian tradisional atau religius mengatakan, mereka telah dilecehkan, paling sering melalui isyarat atau komentar yang menyinggung perasaan.

Hanya 12 persen dari semua Muslim yang mengalami diskriminasi, dan 9 persen dari mereka yang menghadapi pelecehan, mengatakan mereka telah melaporkannya. Survei tersebut juga menemukan bahwa 47 persen pria yang dirazia oleh polisi mengatakan mereka merasa dirazia karena memakai pakaian Muslim.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baca: Rasis ke Michelle Obama, Pembawa Acara Dipecat  

"Setiap insiden diskriminasi dan kejahatan kebencian menghalangi penyertaan dan mengurangi kesempatan untuk menemukan pekerjaan. Kami mengambil risiko mengasingkan individu dan komunitas mereka dengan konsekuensi yang berpotensi berbahaya," ungkap Michael O'Flaherty, yang memimpin survei tersebut.

Laporan yang baru dirilis pada pekan ini muncul pada saat ketegangan meningkat didorong oleh krisis migrasi 2015 hingga 2016, serangkaian serangan teror dan bangkitnya partai anti-Islam secara terbuka di Prancis, Belanda dan Jerman.

Laporan tersebut juga mengatakan bahwa Muslim Eropa, yang membentuk populasi sekitar 4 persen dari total penduduk benua biru tersebut, mempertahankan tingkat kepercayaan di atas rata-rata terhadap institusi seperti kepolisian dan sistem hukum di negara tempat tinggalnya masing-masing.

Sementara sebagian besar, yakni sekitar 78 persen, mengatakan mereka memiliki keterikatan kuat terhadap negara tempat tinggalnya dan secara luas diintegrasikan ke dalam komunitas masing-masing. Dan, 92 persen responden mengatakan mereka merasa nyaman tinggal bersebelahan dengan tetangga yang memiliki latar belakang agama yang berbeda tanpa merasa didiskriminasi.

GUARDIAN|YON DEMA

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


AJI dan SEJUK Sebut Media Massa Lakukan Diskriminasi Pada Pemberitaan ASEAN Queer Advocacy Week

15 Juli 2023

ASEAN Sogie Caucus. aseansogiecaucus.org
AJI dan SEJUK Sebut Media Massa Lakukan Diskriminasi Pada Pemberitaan ASEAN Queer Advocacy Week

AJI dan SEJUK menyatakan media massa melakukan diskriminasi pada pemberitaan ASEAN Queer Advocacy Week.


Pakar Soroti MPLS, Desak Hilangkan Unsur Ospek Mulai Perundungan Hingga Diskriminasi

13 Juli 2023

Ilustrasi perundungan. Sumber: www.dailymail.co.uk
Pakar Soroti MPLS, Desak Hilangkan Unsur Ospek Mulai Perundungan Hingga Diskriminasi

Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah atau MPLS bisa berdampak pada perilaku anak di sekolah.


Narendra Modi Bantah Diskriminasi Agama Ada di India

23 Juni 2023

Perdana Menteri India Narendra Modi berbicara selama konferensi pers bersama dengan Presiden AS Joe Biden di Gedung Putih di Washington, AS, 22 Juni 2023. REUTERS/Kevin Lamarque
Narendra Modi Bantah Diskriminasi Agama Ada di India

Menurut para aktivis HAM, komentar Modi bahwa tidak ada diskriminasi agama oleh pemerintahnya adalah kebohongan total.


Mengenal Makna Hari Peduli Albinisme Sedunia yang Diperingati Setiap 13 Juni

12 Juni 2023

Mwigulu Magesaa, Baraka Lusambo, dan Pendo Noni 16, menunggu di lobi saat fitting lengan palsu di Rumah Sakit Shriners di Philadelphia, Pennsylvania, AS, 30 Mei 2017. Ketiganya adalah bocah albinisme asal Tanzania. REUTERS
Mengenal Makna Hari Peduli Albinisme Sedunia yang Diperingati Setiap 13 Juni

Hari peduli albinisme sedunia tahun ini mengusung tema inklusi sebagai kekuatan


China Luncurkan Proyek untuk Bangun Budaya Nikah dan Punya Anak 'Era-Baru'

15 Mei 2023

Anak-anak bermain di samping orang dewasa di sebuah taman di Beijing, Cina 1 Juni 2021. REUTERS/Tingshu Wang
China Luncurkan Proyek untuk Bangun Budaya Nikah dan Punya Anak 'Era-Baru'

China pernah menerapkan kebijakan satu anak yang kaku dari 1980 hingga 2015, tetapi kini khawatir dengan penurunan jumlah penduduk.


Rusia Minta Warganya Tak ke Kanada, Begini Alasannya

23 April 2023

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menghadiri konferensi pers, saat serangan Rusia ke Ukraina berlanjut, di Kyiv, Ukraina pada 8 Mei 2022. REUTERS
Rusia Minta Warganya Tak ke Kanada, Begini Alasannya

Rusia meminta warganya untuk tak bepergian ke Kanada. Hal itu terkait dengan kasus diskriminasi dan serangan terhadap warga Rusia di negara tersebut.


AMSI: Pers Medium Penghapusan Diskriminasi Gender

13 April 2023

AMSI memberikan penghargaan kepada sejumlah media lokal dan nasional dalam AMSI Awards 2022 di Jakarta, Rabu, 23 November 2022. Istimewa.
AMSI: Pers Medium Penghapusan Diskriminasi Gender

Ketua Umum AMSI Wenseslaus Manggut menyerukan pers menjadi alat penghapus diskriminasi gender.


Panggil Siswa Transgender dengan Nama Keluarga, Seorang Guru di AS Dipecat

8 April 2023

Demonstrasi pengunjuk rasa mengibarkan bendera Trangender di Hari Visibilitas Transgender Internasional di Tucson, Arizona, AS, 31 Maret 2023. REUTERS/Rebecca Noble
Panggil Siswa Transgender dengan Nama Keluarga, Seorang Guru di AS Dipecat

Pengadilan AS memutuskan kebijakan transgender sekolah mengalahkan hak agama guru.


Kanada Sepakat Beri Kompensasi Rp258 Triliun untuk Anak-anak Masyarakat Adat

6 April 2023

Paus Fransiskus mencium tangan salah satu penduduk asli saat bertemu dengan masyarakat adat First Nations, Metis dan Inuit di Maskwacis, Alberta, Kanada 25 Juli 2022.  Vatican Media/Divisione Produzione Fotografica/Handout via REUTERS
Kanada Sepakat Beri Kompensasi Rp258 Triliun untuk Anak-anak Masyarakat Adat

Pemerintah Kanada dan sekelompok masyarakat adat menyepakati kompensasi senilai C$23,34 miliar atau sekitar Rp 258 triliun untuk anak-anak dan keluarga First Nations.


Tuntut UU Anti Deforestasi Dicabut, Petani Sawit Sebut Bakal Boikot Produk Uni Eropa

29 Maret 2023

Puluhan petani sawit melakukan aksi demonstrasi di depan kantor Kedutaan Besar Uni Eropa di Jakarta, Rabu 29 Maret 2023. Mereka menuntut pencabutan Undang-Undang Anti Deforestasi Uni Eropa yang berdampak pada harga sawit di tingkat petani. Tempo/Amelia Rahima Sari.
Tuntut UU Anti Deforestasi Dicabut, Petani Sawit Sebut Bakal Boikot Produk Uni Eropa

Petani sawit yang tergabung dalam sejumlah asosiasi menyatakan akan memboikot produk Uni Eropa.