TEMPO.CO, Jakarta - Militer Cina dan Rusia memulai latihan angkatan laut di dekat perbatasan Korea Utara pada Senin, 18 September 2017. Latihan ini dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan yang terjadi di Semenanjung Korea dan menjelang digelarnya sidang umum PBB yang akan dilaksanakan Kamis pekan ini.
Korea Utara meluncurkan sebuah rudal melewati Pulau Hokkaido, Jepang, pada Jumat pekan lalu. Ini merupakan peluncuran kedua yang dilakukan Korea utara dalam tiga pekan terakhir sekaligus menjadi percobaan keenam oleh Korea Utara sebagai bentuk tantangan terhadap tekanan internasional.
Baca: Korea Utara Diam-diam Bangun Kapal Selam Nuklir, Beroperasi 2020
Pada awal pekan lalu, Dewan Keamanan PBB sepakat menjatuhkan sanksi kepada negara komunis itu. Sanksi yang disponsori Amerika Serikat dan Jepang ini, misalnya, membatasi penjualan minyak mentah kepada Korea Utara. Sanksi juga memblokir ekspor tekstil negara itu, yang bisa mengurangi pemasukan devisa.
Baca: Shinzo Abe Jepang Kecam Peluncuran Rudal Terbaru Korea Utara
Kantor berita Cina, Xinhua, menyatakan latihan gabungan ini akan menggunakan Teluk “Peter the Great” dan bagian selatan laut di kawasan Okhotsk. Teluk Peter the Great terletak sedikit di luar pelabuhan timur Vladivostok, yang tidak jauh dari perbatasan Rusia dan Korea Utara.
Latihan ini merupakan latihan gabungan kedua yang dilakukan oleh Cina dan Rusia pada tahun ini. Latihan gabungan pertama dilaksanakan di kawasan laut Baltik pada Juli lalu. Latihan ini diklaim tidak secara langsung terkait dengan meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea.
Baik Cina maupun Rusia berulang kali menyarankan solusi damai dan melakukan perundingan untuk menyelesaikan masalah pengembangan bom nuklir dan rudal balistik ini.
Namun menurut Shinzo Abe, Perdana Menteri Jepang, upaya diplomatik dan perundingan tidak akan berdampak pada perubahan sikap rezim Korea Utara. Abe meminta tekanan bersama seluruh komunitas internasional sebagai langkah sangat penting dalam mengatasi ancaman yang dilakukan oleh rezim komunis Korea utara.
Cina meminta Amerika untuk menghentikan semua ancaman, yang ditujukan pada Korea Utara. Ditanyai terkait dengan pernyataan Presiden Amerika Donald Trump, Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Nikki Haley mengatakan ancaman itu bukanlah ancaman kosong.
Pyongyang meluncurkan banyak rudal dan senjata terkait dengan program pengembangan senjata yang dirancang mampu menjangkau wilayah Amerika. Korea Utara mengatakan rudal itu bertujuan menciptakan titik keseimbangan dari perlawanan militer terhadap Amerika.
KISTIN SEPTIYANI