TEMPO.CO, Tokyo -- Rudal yang diluncurkan rezim komunis Korea Utara pada pagi tadi mengejutkan penduduk Pulau Hokkaido. Rudal itu melintas tepat di atas pulau, yang merupakan wilayah bagian utara Jepang, sebelum akhirnya jatuh di bagian timur Samudera Pasifik.
Melalui pengeras suara, pemerintah Jepang menyalakan peringatan tanda bahaya. Tidak hanya itu, peringatan bahaya juga muncul melalui panggilan telepon, pesan singkat di ponsel serta siaran televisi.
Baca: Korea Utara Ancam Bumi Hanguskan AS dan Tenggelamkan Jepang
“Peluncuran rudal! Peluncuran rudal. Sebuah rudal tampaknya telah diluncurkan dari Korea Utara. Harap segera berlindung di gedung terdekat atau di bawah tanah,” begitu bunyi pengumuman yang disampaikan lewat pengeras suara di berbagai kota di Jepang pada Jumat, 15 September 2017.
Melalui peringatan ini pemerintah Jepang mengumumkan Korea Utara telah menembakkan sebuah rudal yang akan melintasi Pulau Hokkaido itu. Masyarakat kemudian dihimbau untuk melarikan diri dan berlindung pada bangunan yang kokoh atau bersembunyi di bawah tanah.
Baca: PBB Hukum Korea Utara, Trump: Itu Belum Seberapa
“Saya tidak bisa mengatakan saya terbiasa dengan peristiwa ini. Maksud saya, rudal itu terbang tepat di atas kota kami. Ini bukanlah hal yang menyenang sama sekali,” kata Yoshihiro Saito, yang bekerja di sebuah kota kecil Erimo di Pulau Hokkaido.
Bagi masyarakat Jepang, yang tinggal di daerah rawan gempa, mereka tentu dilatih dengan baik untuk menyelamatkan diri. Namun dampak terkait serangan rudal hanyalah berjarak hitungan menit antara waktu peluncuran dan ledakannya. Ini membuat warga tidak memiliki cukup waktu untuk melarikan diri.
“Ini sangat menakutkan. Pemerintah mengatakan kami harus bersembunyi ke gedung kokoh terdekat. Tapi kami tidak bisa melakukan ini dengan cepat. Rekan-rekan kami yang sedang melaut tidak bisa segera mencari perlindungan,” kata Yoichi Takahashi, 57, yang merupakan seorang pejabat perikanan di Kushiro di Pulau Hokkaido.
Seorang penduduk lainnya merasakan hal serupa. Isamu Oya, 67, seorang pemilik restoran sushi di Erimo mengatakan,”Pemerintah meminta kami bersembunyi di gedung kokoh terdekat atau di bawah tanah. Tapi tidak ada tempatnya di sini. Kami tidak punya pilihan selain diam saja. Ini menakutkan? Iya, tapi kami tidak bisa apa-apa.”
Pemerintah Jepang mengatakan keselamatan penduduk adalah prioritas mereka. Meski tidak ditemukan kerusakan infrstruktur, kejadian ini sempat membuat layanan kereta api yang menghubungkan Pulau Hokaido dan Pulau Utama sempat tertunda.
Berbeda dengan layanan kereta yang sempat terhenti, peluncuran rudal Korea Utara itu tidak mempengaruhi aktifitas bandara yang berada di jalur peluncuran rudal. Menurut salah satu pekerja bandara, penumpang cukup tenang saat peristiwa itu terjadi.
Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, mengatakan pemerintahannya tidak dapat mentoleransi tindakan membahayakan dan mengancam yang dilakukan rezim Korea Utara terhadap negaranya.
KISTIN SEPTIYANI