TEMPO.CO, Jakarta - Senator senior Amerika Serikat Mitch McConnell menepis kritikan bahwa pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi bungkam atas nasib yang diderita etnis minoritas muslim Rohingya. Sebaliknya, Suu Kyi saat ini berusaha mencari bantuan kemanusiaan untuk korban kekerasan militer Myanmar.
McConnell menjelaskan Suu Kyi, teman lamanya, telah melakukan percakapan telepon dengan dirinya setelah pecah pertempuran di negara bagian Rakhine pada 25 Agustus 2017.
Baca: Aung San Suu Kyi Batal Hadiri Sidang Majelis Umum PBB
"setuju dengan perlunya meningkatkan akses bantuan kemanusiaan yang segera di wilayah itu, khususnya dari Palang Merah Internasional, dan menyatakan dia bekerja hingga akhir," kata Suu Kyi seperti dikutip dari Daily Mail, 15 September 2017.
Suu Kyi, ujarnya, mengatakan adalah penting untuk megungkapkan praktek pelanggaran hak asasi mausia yang terjadi.
McConnell kemudian mengingatkan kritikan tak mendasar tentang Suu Kyi bahwa peraih Nobel Perdamaian ini tidak dapat memiliki kekuatan terhadap militer yang menjalankan pemerintahan di Myanmar selama 50 tahun.
Baca: Surat Terbuka Peraih Nobel Kritik Aung San Suu Kyi Soal Rohingya
"Menurut pendapat saya, mengecam Aung San Suu Kyi secara terbuka, dengan harapan terbaik untuk perubahan demokrasi di Burma, tidak konstruktif. Dan malah dapat memperlambat proses majunya pemerintahan," kata McConnell, senator dari partai Republik untuk negara bagian Kentucky.
Hingga hari ini, sekitar 400 ribu pengungsi Rohingya yang tidak memiliki kewarganegaraan tiba di Bangladesh setelah dipaksa meninggalkan rumah mereka di Rakhine oleh militer Myanmar.
Aung San Suu Kyi dikritik masyarakat internasional karena bungkam terhadap kekejaman yang dialami etnis Rohingya. Hingga muncul petisi di Change.org untuk menuntut mencabut Nobel Perdamaian yang diterima putri jenderal reformasi nasionalis Myanmar, Aung San .
DAILY MAIL | TEMPO.CO