TEMPO.CO, Rabat - Sebuah studi yang dilakukan oleh sebuah LSM, Badan Prancis untuk Pembangunan (AFD) menyimpulkan 17 persen warga Maroko yang terdidik meninggalkan negeri itu untuk mencari peruntungan di luar negeri.
Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut sangat mengkhawatirkan pemerintah karena selama ini negara telah memberikan pendidikan gratis kepada setiap warga negara, namun setelah mereka lulus jadi sarjana justru lari ke luar negeri.
Selain tidak membayar uang sekolah, siswa Maroko menerima sekitar $ 4.000 atau setara dengan Rp 53 juta per tahun untuk membantu biaya pendidikan. Jumlah ini meningkat seiring kemajuan pendidikan mereka.
Meskipun ada beberapa lulusan perguruan tinggi memilih ke luar negeri, banyak yang pula yang terpaksa harus mencari pekerjaan di luar negeri karena meningkatnya pengangguran dan minimnya lapangan kerja di dalam negeri.
Prancis dan Kanada -dua negara yang menggunakan bahasa Prancis sebagaimana warga Maroko- menjadi alternatif tujuan paling menarik bagi mereka karena kesamaan bahasa.
Pengangguran di Maroko rata-rata meningkat hingga 10,7 persen pada kwartal pertama 2017. Kondisi ini meningkat 0,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Menurunnya kesempatan kerja di sektor publik didukung pula oleh kondisi kebuntuhan politik pasca-pemilu.
Baca: Menang Pemilu, PJD Bentuk Pemerintahan Maroko
Sekitar 1,3 juta warga Maroko baru-baru ini keluar dari pekerjaan. Jumlah tersebut meningkat 63 ribu bila dibandingkan dengan kwartal pertama pada 2016 dan perisode yang sama pada 2017.
MIDDLE EAST MONITOR | CHOIRUL AMINUDDIN