TEMPO.CO, Pyongyang— Gunung di Punggye-ri di mana Korea Utara melakukan keenam uji coba nuklirnya terancam runtuh.
Hal ini disampaikan pakar geofisika Cina yang mengukur gelombang kejut akibat ledakan tes senjata nuklir terbaru Korea Utara jenis bom hidrogen pada Ahad lalu, seperti dikutip South Morning China Post, Rabu 6 September 2017.
Prediksi mengkhawatirkan ini diunggah ilmuwan dari laboratorium fisika seismik dan bumi di Universitas Sains dan Teknologi Cina di Hefei, Provinsi Anhu, dalam situs resmi mereka.
Wen Lianxing, kepala laboratorium fisika seismik Universitas Sains dan Teknologi Cina, mendasarkan hal ini dengan mengutip data 100 lokasi pemantauan gempa di Cina dengan margin of error untuk prediksi mereka tidak lebih dari 100 meter.
Baca: Korea Utara Dihukum, Trump Berterima Kasih ke Cina dan Rusia
Kumpulan data tersebut termasuk gempa yang tercatat delapan menit setelah uji coba senjata nuklir pada Ahad lalu. Para ilmuwan percaya bahwa tes terbaru dari senjata nuklir rezim Kim Jong-un dilakukan di bawah sebuah gunung di situs uji coba nuklir Punggye-ri.
Menurut tim Wen, energi yang dikeluarkan dalam tes senjata nuklir tersebut sekitar 108,3 kiloton TNT, atau 7,8 kali dari energi yang dikeluarkan oleh bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat di Hiroshima, Jepang, pada 1945. Ini jauh melampaui kekuatan semua bom nuklir sebelumnya yang diuji coba oleh Pyongyang.
Sedangkan tim ilmuwan di Norwegia memperkirakan bom hidrogen yang diuji coba rezim Kim Jong-un tersebut 10 kali lebih besar dari bom Hiroshima.
Ketua Masyarakat Nuklir Cina yang juga peneliti program senjata nuklir Beijing, Wang Naiyan, mengatakan jika penelitian ini akurat, berarti bencana lingkungan besar akan terjadi.
Menurut Wang, selain gunung akan runtuh, juga akan memunculkan lubang yang melepaskan radiasi nuklir ke seluruh wilayah.
”Kami menyebutnya 'melepaskan atap'. Jika gunung ambruk dan lubang terbuka, ia akan mengeluarkan banyak hal buruk,” kata Wang.
Wang mengatakan keparahan situasi tergantung pada tempat Korea Utara menempatkan bom tersebut. “Jika bom ditanam di dasar terowongan yang di jalur vertikal, ledakan tersebut akan mengurangi kerusakan,” ujar dia.
Namun, skenario seperti itu tidak mungkin, karena terowongan semacam itu mahal dan sulit dibangun. Jauh lebih mudah, kata Wang, untuk membangun terowongan horizontal ke jantung gunung yang meningkatkan risiko "melepaskan atap" gunung.
”Bom 100 kiloton adalah bom yang relatif besar. Pemerintah Korea Utara harus menghentikan tes karena mereka menimbulkan ancaman besar, tidak hanya bagi Korea Utara tapi juga ke negara lain, terutama Cina,” katanya.
SOUTH MORNING CHINA POST | SITA PLANASARI AQUADINI