TEMPO.CO, Yangoon - Kapal Bantuan Kemanusiaan (MOAS), Senin, 4 September 2017, sedang berlayar dari Malta menuju perairan lepas Myanmar guna memberikan bantuan untuk kaum Rohingya.
Dalam sebuah pernyataan, Pendiri dan Direktur MOAS Regina Catrambone, mengatakan kapal Phoenix yang telah membantu menyelamatkan 40 ribu anak, pria dan wanita di Mediterania akan dikerahkan kembali untuk misi keduanya.
Baca: Myanmar Tetapkan Rakhine Utara Daerah Operasi Militer
Moda angkutan laut ini, jelas Catrambone, akan menuju Pantai Bengali untuk membawa bantuan dan membantu orang-orang yang terkena dampak kekerasan di Myanmar.
Dia menambahkan, keputusan mengerahkan kembali operasi kemanusiaaan itu karena adanya situasi tidak jelas di Libya, negeri yang menjadi titik tolak kaum imigran menuju Mediterania.
"Saat ini banyak sekali pertanyaan tanpa jawaban, dan banyak keraguan mengenai orang-orang yang terjebak atau dipaksa kembali ke Libya," tulisnya dalam sebuah pernyataan.
Menurut PBB, kaum minoritas Rohingya telah mendapatkan persekusi luar biasa di Myanmar.
Baca: Myanmar Tutup Akses PBB Beri Bantuan Kemanusiaan untuk Rohingya
Kekerasan terkini di Rakhine, sebelah barat daya Myanmar dimulai pada 25 Agustus 2017, ketika militan Rohingya menyerang puluhan pos polisi dan pangkalan militer.
Aksi tersebut dibalas pasukan militer mengakibatkan sedikitnya 400 orang tewas terbunuh dan memicu eksodus besar-besaran warga desa ke Bangladesh.
"Pada 27 Agustus 2017, Paus Fransis mendesak komunitas internasional mendukung saudara-saudara kami Rohingya untuk mengakhiri persekusi yang mereka alami," kata Catrambone.
CHANNEL NEWS ASIA | CHOIRUL AMINUDDIN