TEMPO.CO, Jangon- Myanmar menutup akses bagi Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB untuk memberikan pasokan makanan, air dan obat-obatan penting kepada ribuan warga sipil Rohingya dan warga lainnya yang teraniaya karena konflik bersenjata di negara bagian Rakhine, Myanmar.
PBB menyatakan pihaknya telah menghentikan distribusi bantuan di negara bagian Rakhine utara setelah milisi Rohingya, ARSA, menyerang pasukan pemerintah Myanmar pada tanggal 25 Agustus 2017 yang kemudian dibalas sehingga ratusan orang meninggal dan ribuan warga Rohingya melarikan diri.
Baca: PBB: 90 Ribu Warga Rohingya Tiba di Bangladesh
Kantor PBB di Myanmar mengatakan pengiriman bantuan telah dihentikan karena situasi keamanan dan larangan kunjungan oleh pemerintah.
"PBB terus berkomunikasi dengan pihak berwenang untuk memastikan bahwa operasi kemanusiaan dapat dilanjutkan sesegera mungkin," kata PBB dalam pernyataannya seperti yang dilansir Guardian pada 4 September 2017.
Dalam kasus kekerasan paling mematikan di Rakhine selama puluhan tahun, militer telah dituduh melakukan kekejaman terhadap minoritas Rohingya yang teraniaya. Puluhan ribu di antaranya telah meninggalkan desa-desa yang terbakar ke negara tetangga di Bangladesh.
Baca: Bisnis Migas di Myanmar Jadi Salah Satu Pemicu Konflik Rohingya?
Staf dari badan pengungsi PBB, United Nations Population Fund, dan Unicef belum dapat mengakses wilayah konflik di Rakhine utara selama lebih dari seminggu. Sehingga akan berdampak bagi keselamatan nyawa baik Rohingya maupun Budha di daerah itu.
Program Pangan Dunia PBB mengatakan bahwa mereka juga harus menunda distribusi ke bagian lain negara, sehingga 250.000 orang tidak memiliki akses makanan secara teratur.
16 organisasi non-pemerintah termasuk Oxfam dan Save the Children juga mengeluhkan bahwa pemerintah telah membatasi akses ke wilayah konflik di Rakhine.
"Organisasi kemanusiaan sangat prihatin dengan nasib ribuan orang yang terkena dampak kekerasan yang sedang berlangsung di Rakhine utara," kata Pierre Peron, juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan di Myanmar. coklat muda.
Baca: Bangladesh Buka Pintu, Turki Janji Bayar Biaya Menampung Rohingya
Rohingya telah mengalami penindasan selama beberapa dekade, namun serangan kekerasan baru-baru ini dipandang sebagai eskalasi yang berbahaya karena dipicu oleh kelompok milisi Rohingya yang disebut ARSA, Arakan Rohingya Salvation Army.
Militer Myanmar mengatakan 400 orang telah terbunuh, sebagian besar dari mereka "teroris", namun pembatasan dan penutupan pemerintah untuk akses ke Rakhine membuat tidak memungkinkan untuk memverifikasi angka resmi.
PBB mengatakan 87.000 pengungsi Rohingya tiba di Bangladesh sejak 25 Agustus. Sekitar 20.000 lainnya berkumpul di perbatasan dan menunggu untuk masuk.
Sekitar 1,1 juta Rohingya tinggal di Myanmar, negara mayoritas Budha yang menolak memberi etnis minoritas muslim itu kewarganegaraan karena dianggap imigran pendatang.
GUARDIAN|YON DEMA