TEMPO.CO, Manila - Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan kepada polisi bahwa mereka dapat membunuh "orang idiot" yang dengan keras menolak penangkapan dalam operasi antinarkoba.
"Tugas Anda mengharuskan Anda untuk mengatasi hambatan dari orang yang Anda tangkap ... jika dia menolak, dan ini adalah tindakan kekerasan . Anda bebas membunuh orang idiot, itu perintah saya untuk Anda," kata Duterte, seperti dilansir The Star, Senin 28 Agustus 2017.
Tetapi Duterte kemudian menambahkan bahwa pembunuhan dan pembantaian di luar hukum merupakan hal terlarang dan kepolisian harus mematuhi undang-undang saat bertugas.
Pernyataan pada Senin lalu itu disampaikan dua hari setelah ratusan orang menghadiri pemakaman seorang remaja di bawah umur yang terbunuh dalam perang mematikannya terhadap narkoba.
Baca: Ribuan Warga Filipina Memprotes Perang Narkoba Duterte
Duterte bertemu dengan orang tua Kian Loyd delos Santos, 17 tahun, di istana kepresidenan di Manila untuk memastikan bahwa kasus anak mereka akan ditangani dengan adil.
Ibu Delos Santos, Lorenza, mengatakan bahwa dirinya yakin Presiden Duterte akan segera menyelesaikan kasus tersebut, sementara ayah korban, Saldy, mengatakan bahwa dirinya tidak lagi takut akan kehidupan mereka dan merasa diyakinkan oleh pertemuan tersebut.
"Presiden berjanji bahwa dirinya tidak akan membiarkan orang-orang yang melakukan kesalahan untuk tidak dihukum," ujar ibu korban dalam sebuah wawancara yang diterbitkan oleh kantor komunikasi Duterte di halaman Facebook setelah pertemuan tersebut, sebagaimana Reuters.
Duterte melepaskan perang anti-narkoba setelah mulai menjabat pada Juni tahun lalu setelah sebuah kampanye pemilihan di mana dia bersumpah untuk menggunakan kekuatan mematikan untuk menghapus kejahatan dan narkoba.
Ribuan orang telah terbunuh dan kekerasan tersebut telah dikritik oleh sebagian besar masyarakat internasional.
Namun pembunuhan terbaru terhadap remaja Kian Loyd delos Santos, 17 tahun, telah meningkatkan kekhawatiran terhadap kampanye Duterte tersebut.
Oposisi domestik sebagian besar telah diredam namun pembunuhan delos Santos oleh petugas anti-narkoba pada 16 Agustus telah memicu kemarahan publik yang jarang terjadi.
Lebih dari 1.000 orang, termasuk biarawati, imam dan ratusan anak-anak, ikut dalam prosesi penguburannya pada hari Sabtu, mengubah prosesi tersebut menjadi salah satu demonstrasi terbesar melawan kampanye anti-narkoba Duterte.
Baca: Polisi Filipina Tembak Mati Wali Kota, Istri, dan Geng Narkoba
Pelapor khusus PBB tentang pembunuhan di luar hukum, Agnes Callamard, menggambarkan pembunuhan delo Santos sebagai "pembunuhan keji".
Delos Santos diseret oleh polisi berpakaian polos ke sebuah gubuk gelap yang penuh sampah di Manila sebelum dia ditembak di kepala bagian belakang dan ditinggalkan di sebelah kandang babi.
Polisi mengatakan mereka bertindak untuk membela diri setelah delos Santos melepaskan tembakan ke arah merek. Namun juru bicara Duterte dan menteri kehakiman telah menggambarkan pembunuhan remaja tersebut sebagai kasus "terisolasi".
THE STAR | CNN | REUTERS | YON DEMA | SITA