TEMPO.CO, Yangon - Kantor Penasehat Negara Myanmar pimpinan Aung San Suu Kyi menuding pekerja kemanusiaan internasional membantu kelompok "teroris" Rohingya. Klaim ini dikecam oleh LSM internasional karena memicu kekhawatiran akan keselamatan para pekerja dan dianggap tidak bertanggung jawab.
Seperti dilansir The Guardian, Senin 28 Agustus 2017, kantor penasihat negara mengatakan bahwa pihaknya memiliki informasi tentang staf bantuan internasional yang telah "berpartisipasi saat para teroris mengepung" sebuah desa di negara bagian Rakhine, dan menambahkan bahwa pihaknya akan menyelidiki klaim tersebut.
Kantor yang dipimpin oleh Suu Kyi, yang merupakan pemimpin de facto di negara tersebut, juga mengirimkan foto biskuit program makanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menurutnya ditemukan pada 30 Juli "di kamp tempat para teroris berlindung".
Baca: Suu Kyi Tolak PBB Selidiki Kejahatan yang Dialami Rohingya
Menghadapi klaim kejahatan terhadap kemanusiaan atas serangan tentara terhadap minoritas Muslim Rohingya, pemerintahan Suu Kyi berusaha membatasi akses LSM internasional ke Rakhine.
"Mengingat situasi di lapangan, kantor PBB di Myanmar telah memutuskan untuk sementara mengalihkan staf non-kritis dari Maungdaw," kata juru bicara PBB.
Seorang reporter lokal di kota Buthidaun mengatakan bahwa dia melihat hampir 100 petugas bantuan telah dievakuasi dengan kapal cepat setelah pernyataan tersebut dimuat di Facebook pada Ahad lalu.
Matthew Smith, direktur eksekutif hak pembebasan nirlaba hak asasi manusia, mengatakan pernyataan dari kantor Suu Kyi sangat tidak bertanggung jawab, berbahaya, dan berpotensi mematikan.
"Propaganda Suu Kyi memicu sentimen anti-Rohingya dan anti-bantuan pada saat dia seharusnya melakukan segalanya untuk menanamkan ketenangan dan mempromosikan hak asasi manusia," kata Smith.
Awal bulan ini, PBB memperingatkan pekerja bantuan di Rakhine tentang meningkatnya permusuhan, yang mengarah pada kemungkinan kerusuhan sipil yang meningkat dan kemungkinan demonstrasi melawan organisasi non-pemerintah internasional dari warag Budha lokal.
Baca: Aung San Suu Kyi Bantah Terjadi Pembantaian terhadap Rohingya
Sedikitnya 104 orang, termasuk 12 anggota pasukan keamanan, telah tewas di negara bagian Rakhine setelah gerilyawan Rohingya yang menyebut dirinya Tentara Penyelamatan Arakan Rohingya atau ARSA menyerang 30 pos polisi pada Jumat. Serangan ini memicu pertempuran paling berdarah sejak tahun lalu di Myanmar.
Ribuan pengungsi Muslim telah melarikan diri melintasi perbatasan ke Bangladesh dari apa yang mereka gambarkan sebagai serangan militer.
Kantor Penasihat Negara pimpinan Aung San Suu Kyi juga telah memerintahkan semua media untuk menggunakan istilah teroris untuk menggambarkan milisi Rohingya.
THE GUARDIAN | SYDNEY MORNING HERALD | YON DEMA