TEMPO.CO, Jakarta -Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia menyatakan ASEAN mendukung Myanmar dalam proses demokrasi, rekonsiliasi, dan pembangunan dengan memegang prinsip non-intervensi.
Baca: Rohingya Angkat Senjata, Ribuan Warga Lari dan Dievakuasi
"Tentunya kita akan terus ya, terutama Indonesia akan terus memberikan dukungan kepada Myanmar dalam proses rekonsiliasi demokrasi mereka, maupun dalam proses pembangunan yang inklusif buat mereka," kata Armanatha Nasir, juru bicara Kementerian Luar Negeri menanggapi pertanyaan Tempo mengenai konflik yang pecah antara kelompok pemberontak Rohingya, ARSA, dengan pasukan militer Myanmar sejak Jumat, 25 Agustus hingga hari ini.
Armanatha yang diwawancarai usai acara Parade ASEAN ke 50 di Jalan Imam Bonjol, Jakarta, Minggu, 27 Agustus 2017 menjelaskan, meski ASEAN memiliki prinsip non-intervensi atau prinsip yang melarang ikut campur urusan dalam negeri negara anggota, namun negara-negara ASEAN memiliki mekanisme untuk saling membantu.
"Kita ASEAN memberikan dukungan kepada Myanmar dalam proses transisi demokrasi mereka. Itu memang suatu proses," ujar Tata.
Baca Juga:
Baca: Myanmar Nyatakan Pemberontak Rohingya, ARSA, Teroris
Menurutnya, keunggulan ASEAN adalah kerja sama yang sifatnya tidak saling menuding atau menyalahkan.
"Keunggulan ASEAN di sini adalah kita bisa bersama-sama kerja tanpa harus perlu menunjuk atau finger pointing," kata Armanatha.
Bentrokan antara militer Myanmar dengan ARSA atau Tentara Penyelamat Rakyat Rohingya atau yang juga disebut sebagai pemberontak Bengali di negara bagian Rakhine pecah pada Jumat, 25 Agustus 2017.
Bentrokan ini menewaskan 80 orang dari kelompok pemberontak dan 18 orang tentara Myanmar, serta diduga sebagai yang terburuk dari konflik yang meruncing sejak Oktober lalu.
Baca: ARSA, Kelompok Milisi Bersenjata Rohingya Myanmar
Guardian menyebut konflik ini sebagai ujian bagi pemerintahan Aung San Suu Kyi. Peraih Nobel perdamaian ini banyak dikritik karena dianggap membiarkan persekusi berkepanjangan terhadap etnis minoritas Muslim Rohingya, serta membela serangan balik yang dilakukan tentara pasca bentrok Oktober silam.
Sekitar 2000 orang Rohingya melarikan diri ke perbatasan Bangladesh untuk mengungsi dan sekitar 4.000 ribu orang dievakuasi ke tempat yang aman seperti di biara Budha dan kantor pemerintahan serta pos polisi.
Perpindahan etnis Rohingya dari Myanmar ke Bangladesh terjadi sejak 1990-an. Saat ini ada sekitar 400.000 etnis Rohingya di Bangladesh. Baik Myanmar maupun Bangladesh menolak mengakui Rohingya sebagai warga negara mereka.
THE IRRAWADDY | THE GUARDIAN | BUDIARTI UTAMI PUTRI