TEMPO.CO, Pyongyang - Korea Utara melepaskan 3 rudal balistik jarak dekat bersamaan dengan latihan perang gabungan ribuan tentara AS dan Korea Selatan hari ini, 26 Agustus 2017.
Juru bicara komando militer Amerika Serikat di Pasifik, Dave Benham mengatakan dari 3 rudal balistik jarak dekat yang diluncurkan Korea Utara, 2 di antaranya gagal meluncur dan satunya lagi meledak seketika sebelum mencapai sasaran.
Baca: Jepang Tambahkan Sanksi Baru bagi Korea Utara
"Rudal pertama dan ketiga gagal terbang, sementara yang kedua, meledak dalam seketika," kata Benham seperti dilansir dari CNN, 26 Agustus 2017.
Korea Utara membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk meluncurkan tiga rudal balistiknya itu.
Peluncuran ini dilakukan saat Korea Utara baru saja mendapat sanksi terberat yang pernah diberikan oleh Dewan Keamanan PBB dan sanksi sepihak Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan untuk merespons uji coba peluncuran rudal balistik antarbenua pada Juli lalu.
Baca: CIA Jamin Tak Ada Perang dengan Korea Utara
Lebih dari 20 rudal telah diluncurkan Korea Utara sejak Februari lalu. Pada Juli, negara pimpinan Kim Jong-un itu meluncurkan rudal balistik antar benua yang menurut klaim Korea Utara dapat mencapai negara manapun di dunia.
Korea Utara sempat mengancam akan menembakkan rudalnya ke Guam, wilayah Amerika Serikat pada pertengahan Agustus lalu, namun dibatalkan sebagai protes atas keluarnya sanksi Dewan Keamanan PBB dan sanksi dari Amerika Serikat.
Awal bulan ini, Presiden Donald Trump mengeluarkan sebuah ultimatum keras ke Korea Utara, memperingatkan Pyongyang untuk tidak melakukan ancaman lagi terhadap Amerika Serikat atau akan "menghadapi api dan kemarahan seperti yang belum pernah terjadi di dunia ini."
Baca: 3,5 Juta Warga Korea Utara Daftar Relawan Perang
Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson dengan cepat mencoba untuk menghilangkan ketakutan akan sebuah konfrontasi militer. Ia mengatakan tidak ada tanda bahwa tingkat ancaman dari Korea Utara akan terjadi dan bahwa orang Amerika harus "tidur nyenyak di malam hari."
Dalam sebuah langkah mendamaikan sebelumnya, Tillerson mengatakan bahwa AS bersedia untuk duduk dalam perundingan dengan Korea Utara, namun hanya jika ia melepaskan program pengembangan senjata nuklirnya .
CNN|WASHINGTON POST|GUARDIAN|YON DEMA