TEMPO.CO, Yangoon - Sedikitnya 21 pemberontak Rohingya tewas dan 11 anggota pasukan keamanan Myanmar tewas di Rakhine dalam serangan mematikan di 24 pos polisi pada Jumat dinihari tadi, 25 Agustus 2017.
Selain menyerang pos polisi, pemberontak bersenjata Rohingya, juga berusaha memasuki pangkalan militer. Namun pasukan keamanan Myanmar meredamnya.
Tentara Penyelamat Rohingya Arakan, Arsa, atau Harakah al-Yaqin, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Hal itu disampaikan melalui akun Twitter kelompok perlawanan tersebut, namun mereka tidak menyebutkan jumlah korban tewas.
Baca: Rohingya Angkat Senjata Hadapi Myanmar
Pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi mengumumkan melalui laman Facebook bahwa serangan terhadap pos keamanan itu dilakukan oleh sekitar 150 orang pada pukul 01.00 dinihari waktu setempat di sebelah utara Kota Maungdaw.
Bentrok mematikan itu berlangsung pada Jumat dinihari waktu setempat setelah sebuah komisi dipimpin oleh bekas Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan mendesak pemerintah Myanmar mencabut peraturan yang membatasi ruang gerak warga minoritas Rohingya.
Baca: Longgarkan Gerakan Rohingya, Myanmar Terhindar dari Ekstrimisme
Arsa menuding pasukan Myanmar membunuh dan memperkosa. "Kami mengambil aksi mempertahankan diri di lebih dari 25 lokasi berbeda," bunyi pernyataan Arsa.
Kelompok bersenjata ini menambahkan, Kota Rathetaung di sebelah utara Rakhine telah diblokade selama kurang lebih dua minggu mengakibatkan kelaparan bagi rakyat Rohingya hingga kematian.
Menurut keterangan Kelompok Krisis Internasional, Arsa atau Harakah al-Yaqin adalah sebuah organisasai perlawanan yang didirikan oleh sejumlah warga Rohingya yang tinggal di Arab Saudi menyusul kekerasan mematikan di Rakhine pada 2012.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN | YON DEMA