TEMPO.CO, Moskow - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan bahwa dia berharap Iran tidak keluar dari kesepakatan nuklir dengan enam negara besar dunia yang diteken pada 2015.
Pernyataan Lavrov itu disampaikan pada Rabu, 16 Agustus 2017, atau sehari setelah Presiden Iran Hassan Rouhani memberikan peringatan bahwa Iran akan membuang kesepakatan itu hanya dalam waktu beberapa jam jika Amerika Serikat menerapkan sanksi baru terhadap Republik Islam.
Baca: Presiden Trump Ingin Tingkatkan Kemampuan Senjata Nuklir AS
Lavrov juga berharap Amerika tidak melanggar kewajibannya di bawah kesepakatan nuklir bersama Iran.
"Saya rasa sanksi sepihak adalan aksi yang tidak bertanggung jawab karena dapat melukai dan melemahkan kesepakatan yang telah diraih bersama," kata Lavrov sebagaimana dilaporkan Reuters
Baca: Barat Kecam Peluncuran Roket Iran
Sebelumnya, pada awal Agustus 2017, Presiden Amerika Donald Trump menandatangani sebuah paket sanksi baru yang ditujukan tidak hanya terhadap Iran melainkan pula untuk Korea Utara dan Rusia.
Beberapa jam kemudian, Menteri Luar Negeri Iran mengutuk keputusan Amerika tersebut dan bersumpah akan melakukan aksi balasan.
Baca: Israel Ragu Iran Hentikan Program Nuklirnya
Presiden Trump murka karena Iran dianggap secara diam-diam mengembangkan tekonologi nuklir sebagaimana kesepakatan yang diteken pada 2015.
Sebaliknya Iran berdalih bahwa teknologi nuklir yang dikembangkan sekarang ini adalah hak semua bangsa di dunia dan demi kepentingan damai bukan untuk tujuan militer.
Rusia telah menyatakan kekhawatiran soal kemungkinan Iran akan menarik diri dari kesepakatan nuklir sejak Februari lalu. Kekhawatiran ini muncul setelah melihat peningkatan ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran dalam beberapa waktu terakhir.
ARUTZ SHEVA | REUTERS | CHOIRUL AMINUDDIN