TEMPO.CO, Caracas- Presiden Nicolas Maduro mengklaim menang dalam pemungutan suara kontroversial untuk memilih anggota parlemen yang akan merumuskan konstitusi baru Venezuela. Maduro menyebutnya Dewan Konstitusi.
Berdasarkan perhitungan resmi Dewan Pemilihan Nasional Venezuela, sebanyak 8 juta orang ikut ambil bagian untuk memilih 545 anggota parlemen baru. Jumlah pemilih lebih dari dua kali lipat dari perkiraan lawan politik pemerintah dan pakar independen.
Baca: Pemilihan Anggota Parlemen Venezuela Ricuh, 14 Orang Tewas
Di tengah kecaman dan kritikan terkait pemilihan tersebut, Maduro meyebutnya sebagai pemungutan suara terbesar yang pernah ada untuk revolusi
"Kita telah memiliki Dewan Konstitusi. Ini adalah suara terbesar revolusi pernah dicatat dalam 18 tahun," kata Maduro, seperti yang dilansir Al Jazeera pada 31 Juli 2017.
Dengan kemenangan itu, maka dasar negara akan dirumuskan ulang. Hal ini dicurigai akan melanggengkan kekuasaan Maduro hingga menjadi diktator.
Baca: Oposisi Venezuela Serukan Mogok Massal Melawan Maduro
Dewan Pemilihan Nasional Venezuela mengumumkan pada Minggu malam, 30 Juli 2017 bahwa lebih dari 8 juta orang atau 41 persen memilih untuk memberikan kekuasaan kepada Partai Sosialis untuk menulis ulang dasar negara tersebut.
Pemungutan suara dimulai pada pukul 6 pagi waktu setempat pada hari Minggu, 30 Juli 2017 dan berakhir pada pukul 7 malam waktu setempat.
Baca: Krisis Venezuela, Helikopter Lempar 4 Granat ke Mahkamah Agung
Hasil penghitungan suara itu disambut dengan olok-olok dan kemarahan dari anggota oposisi, yang mengatakan bahwa mereka meyakini hanya dua juta atau tiga juta orang yang memilih.
Dalam pemilihan yang ditentang oleh beberapa negara berpengaruh dunia tersebut, berlangsung dalam suasana kacau. Lebih dari 10 orang dilaporkan tewas. Mereka yang tewas termasuk pemimpin pemuda oposisi terhadap pemerintahan Nicolas Maduro, kandidat pro-pemerintah dan seorang tentara di seluruh negeri.
BBC|AL JAZEERA|REUTERS|YON DEMA