TEMPO.CO, Pyongyang - Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, mengatakan sangat puas dengan hasil uji coba peluncuran rudal balistik antarbenua kedua atau rudal ICBM yang mampu menghantam seluruh daratan Amerika Serikat.
"Sangat puas," kata Kim Jong-un seperti dikutip dari Fox News, 28 Juli 2017.
Adapun Presiden Donald Trump, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in marah besar dengan peluncuran rudal ICBM Korea Utara itu. Ketiganya mendesak Dewan Keamanan PBB menjatuhkan sanksi berat kepada Korea Utara.
Baca: Korea Utara Kembali Luncurkan Rudal Balistik Antarbenua ICBM
Menurut laporan Fox News, rudal balistik Hwasong-14 sanggup terbang di ketinggian maksimum 3.700 kilometer dengan daya jelajah 997 kilometer. Rudal ini telah diuji coba, Jumat malam, 28 Juli, dari wilayah Korea Utara sebelum mendarat di perairan Jepang.
Beberapa pengamat mengatakan, dari data yang mereka miliki rudal balistik Pyongyang bisa ditembakkan hingga mencapai wilayah Amerika, termasuk Los Angeles dan Chicago.
"Kami akan mengambil langkah yang diperlukan demi melindungi tanah tumpah darah Amerika termasuk para sekutu Jepang dan Korea Selatan," kata Presiden Donald Trump menanggapi pernyataan Kim Jong-un.
Baca: Heboh, Kim Jong-un Merokok di Samping Rudal Balistik
Kim menjelaskan, sebagaimana dikutip kantor berita KCNA, peluncuran rudal balistik ICBM pertamanya pekan lalu sebagai peringatan serius kepada Amerika yang telah meniup trompet dengan ancaman perang dan sanksi lebih keras.
David Wright, seorang ahli fisika dan Direktur Program Keamanan Dunia di Union of Concerned Scientists, mengatakan, jika sejumlah laporan mengenai daya jelajah rudal ICBM Korea Utara itu benar, maka secara teori sanggup mencapai Los Angeles, Denver, atau Chicago.
"Tergantung variabel ukuran dan berat kepala nuklir yang dibawa oleh rudal balistik tersebut," kata Wright.
Baca: Korea Utara Luncurkan Rudal ICBM, AS: Solusi Dipomatik Ditutup
Kementerian Luar Negeri Korea Selatan menolak peluncuran rudal balistik Korea Utara, hal itu merupakan sebuah "ancaman kuburan" terhadap keamanan kawasan regional dan internasional.
Namun Korea Selatan tetap mendesak Pyongyang menerima usulan Seoul agar mengurangi ketegangan di perbatasan kedua negara yang terpisah sejak perang 1950-1953.
Namun Kim Jong-un bersikeras menolak untuk bernegosiasi termasuk tak menanggapi ajakan dialog Presiden Moon. Dan, sanksi internasional sepertinya tak mengubah putusannya untuk tetap melakukan uji coba senjata nuklir.
FOX NEWS | KOREA TIMES | CHOIRUL AMINUDDIN