TEMPO.CO, Teheran - Iran dan Irak, sepakat menandatangani kerja sama militer, melawan terorisme dan ekstrimis pada Ahad, 24 Juli 2017.
Menteri pertahanan Iran, Hossein Dehghan, dan rekannya dari Irak, Erfan al-Hiyali, menurut laporan kantor berita IRNA, telah meneken nota kesepahaman yang juga mencakup penanganan keamanan perbatasan, logistik dan pelatihan militer bersama.
Baca: Dituduh Dalangi Teror, 15 Diplomat Iran Diusir dari Kuwait
"Kedua negara sepakat meningkatkan kerjasama dan bertukar pengalaman dalam memerangi teroris dan ekstrimis, pengamanan perbatasan, pendidikan, logistik, tekni dan dukungan militer lainnya," kata IRNA.
Kerja sama Iran dan Irak terus meningkat sejak Iran yang menjadi musuh lama Presiden Saddam Hussein terguling pada 2003. Sejak itu, pemerintahan Irak dipimpin oleh kaum Syiah. Adapun Iran adalah negara yang hampir seluruh penduduknya menganut Syiah.
Bagi Presiden Amerika Serikat Donald Trump, kerja sama Iran dan Irak itu sangat memprihatinkan di tengah keterlibatan Iran di Perang Suriah, Yaman dan Irak.
Baca: Iran Tangkap Jet Siluman Amerika Serikat
"Dalam konflik bersenjata di negara-negara tersebut, para milisi Syiah bersekutu," tulis Channel News Asia.
Ketegangan antara Iran dan Amerika meninggi sejak Trump terpilih menjadi Presiden Amerika yang kerap menuduh Tehera mendukung kelompok militan dan biang ketidakstabilan di kawasan.
Kendati mendapatkan kecaman dari Trump, Iran dan Irak akan terus melanjutkan kerjasama militer tersebut.
CHANNEL NEWS ASIA | CHOIRUL AMINUDDIN