TEMPO.CO, Marawi - Kelompok teroris di Marawi, Filipina, diyakini sedang bersiap melakukan teror di Singapura dan negara lain di Asia Timur.
Seperti yang dilansir Straits Times pada 21 Juli 2017, jaringan ISIS di Marawi selama ini dijalankan oleh seorang milisi ISIS asal Indonesia di Suriah, Bahrumsyah, dan mantan dosen Universitas Malaysia, Mahmud Ahmad.
Baca: Filipina Tahan Donatur Utama Militan Pro-ISIS
Laporan terbaru yang disajikan Institut Analisis Kebijakan dan Konflik atau IPAC menyebutkan Bahrumsyah dan Mahmud gencar merekrut dan membiayai milisi untuk merebut Marawi dan wilayah lainnya.
"Operasi Marawi dibiayai ISIS di Suriah. Pemberontak Marawi menginspirasi ekstremis muda wilayah Asia Tenggara untuk mendukung aksi teror mereka," ujar IPAC dalam laporannya pada 21 Juli 2017.
Laporan itu juga memperingatkan konflik mampu mencetus serangan teror di kota Filipina lainnya, maupun di Indonesia dan Malaysia. Hal itu terungkap dari bocornya pesan di aplikasi Telegram yang isinya mendesak serangan juga diluncurkan di Singapura, Thailand, Myanmar, Korea Selatan, Jepang, dan Cina.
Baca: Banser Diancam ISIS, Pagar Nusa NU Anggap Perang Terbuka
IPAC juga mengungkapkan, Bahrumsyah dan Mahmud berperan untuk mengurus pengatur dana dan merekrut milisi di Marawi.
Dari Januari sampai Maret 2017, Mahmud menerima setidaknya US$ 55 ribu atau setara Rp 733 juta yang dikirim Bahrumsyah dari Timur Tengah ke Indonesia, dan kemudian diteruskan ke Filipina dengan menggunakan Western Union, perusahaan jasa keuangan Amerika.
Bahrumsyah dilaporkan memerintahkan kurir lain mengirim jumlah yang tidak ditentukan dari Indonesia.
Baca: Singapura Pertama Kali Menahan Wanita Pendukung ISIS
Pejabat keamanan Filipina mengatakan bahwa ISIS mungkin telah menyalurkan dana US$ 600 ribu atau Rp 7,9 miliar kepada Mahmud.
Selain mengirim uang, Bahrumsyah menyelundupkan senjata melalui kontak mereka di dalam empat jaringan terorisme di Indonesia.
IPAC memperingatkan dalam laporannya bahwa Marawi telah membentuk kerja sama yang lebih besar di antara sejumlah jaringan ekstremis Asia Tenggara serta kepemimpinan baru untuk sel-sel pro-ISIS di Indonesia dan Malaysia dari kalangan milisi yang kembali dari Marawi.
STRAITS TIMES | IPAC | YON DEMA