TEMPO.CO, Yerusalem—Bentrokan antara ribuan warga Palestina dan polisi Israel pecah setelah massa berunjuk rasa memprotes pemasangan alat pendeteksi logam di pintu masuk ke kompleks Masjid Al Aqsa, di Kota Tua Yerusalem, hari ini.
Seperti dilansir Yahoo News, Jumat 21 Juli 2017,sejumlah orang dilaporkan terluka setelah polisi membubarkan demonstran dengan semprotan air berbau dan gas air mata. Aksi ini dibalas oleh warga Palestina dengan lemparan batu.
Demonstrasi ribuan warga Palestina ini untuk memprotes keputusan kabinet Israel yang pada Kamis malam berkukuh mempertahankan alat pendeteksi logam meski kini hanya digunakan untuk orang-orang yang dicurigai.
Sebelumnya Waqf, yayasan yang menjalankan operasional Al Aqsa, menyerukan seluruh masjid di Yerusalem agar menutup diri sehingga seluruh warga Muslim Palestina menggelar salat Jumat di Al Aqsa.
Baca: Israel Larang Pria di Bawah 50 Tahun Salat di Masjid Al-Aqsa
Sedikitnya 30.000 polisi Israel dikerahkan di sekitar kawasan Al Aqsa dekat Gerbang Singa tempat ratusan umat Muslim berkumpul untuk melaksanakan salat Subuh pada Jumat pagi.
Ketegangan semakin meningkat setelah polisi Israel membuat aturan kontroversial yang melarang pria berusia di bawah 50 tahun untuk menunaikan salat Jumat di kawasan Masjid Al Aqsa.
Bentrokan antara warga Palestina dan polisi Israel pun pecah di Gerbang Singa menjelang salat Jumat.
Keputusan kabinet Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sejatinya menuai kritik dari badan keamanan Israel sendiri, the Shin Bet.
Seperti dilansir Haaretz pada Rabu lalu, badan keamanan Israel itu menilai bentrokan akibat pemasangan alat pendeteksi logam ini tak sebanding dengan rasa aman yang ingin dibangun negara Zionis itu di wilayah pendudukan Yerusalem.
Bulan Sabit Palestina melaporkan sedikitnya 113 warga Palestina terluka dalam bentrokan di Yerusalem Timur dan Tepi Barat pada Kamis malam. Sementara seorang remaja dilaporkan tewas ditembak penduduk ilegal yahudi dalam bentrok di pemukiman Ras al-Amoud, Yerusalem Timur.
Ketegangan di kawasan Masjid Al-Aqsa meningkat setelah polisi Israel meletakkan alat pendeteksi logam di pintu masuk ke kompleks masjid yang juga dikenal sebagai Haram al-Sharif dan dikenal orang Yahudi sebagai Bukit Bait Suci. Detektor logam diletakkan di pintu masuk masjid menyusul sebuah serangan terjadi yang menewaskan 2 polisi Israel.
Baca: Polisi Israel Tembak Imam Masjid Al Aqsa Seusai Salat Isya
Penutupan dan pengamanan ekstra ketat diberlakukan di kawasan Masjid Al-Aqsa setelah aksi penembakan yang menewaskan 2 polisi Israel oleh tiga orang Arab pada Jumat pekan lalu. Ketiga pelaku serangan akhirnya ditembak mati di pekarangan masjid tersebut.
Israel sempat menutup Kompleks Masjid Al-Aqsa untuk salat Jumat. Penutupan masjid ini menandai untuk pertama kali sejak 1969 umat Islam dihalangi menunaikan shalat Jumat di Masjid Al-Aqsa.
Hal itulah yang memicu kemarahan dari umat Islam yang mencapai puncaknya dengan ditangkapnya Mufti Agung Masjid setempat, Muhammad Ahmad Hussein.
Setelah adanya demonstrasi massa dan protes oleh otoritas agama Islam, akhirnya tempat tersebut dibuka kembali secara bertahap. Namun warga Palestina masih marah karena Israel memasang alat pendeteksi logam di pintu masuk Masjid Al-Aqsa.
Warga Palestina khususnya petinggi Masjid Al Aqsa menolak untuk salat di dalam setelah masjid dipasangi detektor logam dan kamera pengawas jarak dekat.
MAAN NEWS | YAHOO NEWS | BBC | SITA PLANASARI AQUADINI