TEMPO.CO, Shenyang- Abu jasad Liu Xiaobo, tokoh oposisi Cina dan peraih Hadiah Perdamaian Nobel, dilarung di laut pada Sabtu 15 Juli 2017.
Seperti dilansir Guardian, saudara tua Liu Xiabao, Liu Xiaoguang, dalam jumpa pers yang disiapkan pemerintah Cina, menyampaikan terima kasih atas kepedulian Beijing atas "situasi khusus" yang dialami adiknya.
"Mengapa Liu Xia (istri Xiaobo) tidak datang kesini? Kesehatannya sangat lemah saat ini," kata Liu Xiaoguang, yang duduk di antara penerjemah bahasa Inggris dan pejabat pemerintah Shenyang. “Maka dia tidak bisa datang ke sini. Sangat disayangkan."
Baca: Liu Xiaobo, Peraih Nobel Perdamaian, Wafat karena Kanker Hati
Setelah berbicara sekitar 20 menit, Liu dikawal oleh dua wanita tak dikenal, menyalakan sebatang rokok di mulutnya, dan tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan dari wartawan yang mengelilinginya.
Pemerintah kemudian memperlihatkan kepada wartawan gambar-gambar abu tersebut dilarung di laut dari sebuah kapal.
Namun tindakan pemerintah Cina melarung abu Liu Xiaobo diprotes keras oleh koleganya. Menurut mereka ini adalah upaya Beijing untuk menghapus kenangan tentang dia.
Teman dekat dan juga tokoh oposisi, Hu Jia, menuding motivasi di belakang pelarungan abu itu ialah agar"tak ada lagi untuk mengingatnya di Cina" dan pendukung tidak dapat menciptakan tempat untuk memberikan penghormatan kepadanya.
"Kami tahu kampung halaman Liu Xiaobo ialah Beijing, rumah spiritualnya disini, kecintaannya juga ditemukan di sini," ujar Hu Jia.
Hu mengatakan, diketahui luas oleh teman-teman Liu bahwa abangnya itu tidak setuju dengan pandangan-pandangan politiknya.
"Apa yang telah penguasa lakukan selalu melampaui imajinasi kami, mereka selalu punya sesuatu yang lebih jelek daripada rencana-rencana yang dibayangkan," ia menambahkan.
Liu, 61 tahun, meninggal karena kegagalan organ pada Kamis di sebuah rumah sakit di Shenyang, kota di bagian timurlaut China, tempat ia mendapat perawatan kanker hati. Pegiat hak asasi manusia itu memperoleh izin untuk dirawat tatapi tidak dibebaskan.
Ia telah ditahan selama 11 tahun pada 2009 karena "menyulut subversi terhadap kekuasaan negara" setelah membantu membuat petisi yang dikenal dengan nama "Piagam 08" yang menyerukan reformasi politik.
Janda Liu Xiaobo, Liu Xia, berada dalam tahanan rumah sejak suaminya meraih Hadiah Nobel Perdamaian pada 2010, tetapi diizinkan mengunjunginya di penjara sekali sebulan. Wanita itu tak pernah secara resmi didakwa melakukan kejahatan. Hingga kini tak diketahui keberadaannya.
REUTERS | GUARDIAN | SITA PLANASARI AQUADINI