TEMPO.CO, Jakarta -Mosul— Pemenang Nobel Perdamaian 2014, Malala Yousafzai, merayakan ulang tahun ke-20 bukan dengan kemewahan, melainkan bergembira bersama-anak-anak korban perang di Mosul, Irak.
Seperti dilansir Sydney Morning Herald, Kami 13 Juli 2017, Malala mengunjungi sekolah anak perempuan di kamp pengungsian Hassan Sham, sebelah utara Mosul, pada Rabu lalu, bertepatan dengan ulang tahunnya.
Kunjungan Malala hanya berselang sehari setelah pasukan Irak berhasil merebut Mosul yang sempat dikuasai ISIS sejak 2014. Dia kemudian mengajak sejumlah anak ke tempat bermain untuk merayakan ulang tahunnya.
Baca: Rayakan Kelulusan SMA, Malala Buat Akun Twitter
"Saya memilih menghabiskan hari ulang tahun di Irak untuk bertemu anak perempuan seperti Nayir, 13 tahun. Saat ekstrimis menguasai Mosul, Nayir tak bisa bersekolah. Keluarganya lari pada April 2014 dan tak pernah bertemu dengan ayahnya lagi,” kata Malala.
“Namun Nayir sadar bahwa pendidikan adalah kesempatannya untuk maju di masa depan. Meski telah menderita, Nayir mengakui sekolah adalah satu-satunya harapan.”
Bagi Malala, para anak perempuan yang turut bersenang-senang di taman hiburan, memberikan kekuatan bagi dirinya untuk terus berjuang.
"Berada di Irak, saya bertemu dengan anak-anak perempuan yang mengalami masa lalu seperti saya. Mereka, Irak, Kurdi, Kristen, Yazidi, Suriah, menghadapi kekerasan dan ketakutan di usia muda.”
Malala menegaskan tidak ada seorang anak pun yang mengungsi harus melepaskan impiannya bersekolah. “Kita tidak boleh membiarkan Nayir berjuang sendirian.”
Malala menempuh pendidikan menengah di Birmingham, Inggris, sejak ia sembuh dari perawatan luka tembak yang diterimanya pada Oktober 2012.
Baca: Malala, Remaja Peraih Nobel Perdamaian, Jadi Miliarder
Serangan terhadap Malala dilakukan oleh kelompok Taliban karena gadis ini berusaha memperjuangkan hak anak perempuan bersekolah melalui blog di BBC berbahasa Urdu.
Pada Oktober 2012, seorang pria menembak Malala yang hendak pulang setelah menempuh ujian di sekolahnya di Lembah Swat, Pakistan.
Sejak saat itu, Malala menjadi simbol perjuangan pendidikan anak perempuan global dengan mendirikan Yayasan Malala.
Perjuangannya yang tanpa henti dan harus dibayar dengan luka tembak, menjadikan Malala sebagai pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2014, sekaligus warga dunia termuda yang pernah memenangkannya.
SYDNEY MORNING HERALD | NBC NEWS | SITA PLANASARI AQUADINI