TEMPO.CO, Jakarta - Saat bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di tengah penyelenggaraan KTT G20 di Hamburg, Jerman, Presiden Jokowi mengapresiasi komitmen negara tersebut dalam penanggulangan terorisme. Jokowi menilai Amerika Serikat terus memerangi terorisme tanpa memusuhi Islam.
Sikap tersebut, kata Jokowi, sesuai dengan hasil Riyadh Summit pada Mei lalu yang dihadiri juga oleh kedua pemimpin tersebut. Sementara itu, Jokowi menuturkan patutnya negara lain turut mewaspadai pergerakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) pasca berkurangnya pergerakan kelompok tersebut di dua negara itu.
“Termasuk di Asia Tenggara, penyerangan dan pendudukan grup teroris di Marawi, Filipina, merupakan bukti meningkatnya ancaman terorisme,” kata Jokowi dalam keterangan pers yang diterima dari Sekretariat Presiden, Sabtu, 8 Juli 2017.
Jokowi berharap Indonesia dengan Amerika Serikat bisa bekerja sama dalam hal penanggulangan terorisme. Salah satu bentuk kerja samanya melalui pertukaran informasi intelijen, penghentian aliran dana, pemberdayaan masyarakat moderat, dan penyebaran kontra narasi.
Tak hanya dengan Amerika Serikat, Jokowi juga mendorong peran negara-negara anggota G20 untuk tidak tinggal diam dan bersatu dalam memerangi terorisme. Menurut dia, pendekatan yang seimbang antara soft power dan hard power masih merupakan solusi ampuh dalam pemberantasan aksi terorisme.
Menurut Jokowi, program deradikalisasi yang dilakukan di Indonesia terbukti dapat menurunkan tingkat keinginan para mantan teroris untuk mengulang aksinya kembali. Dalam kesempatan tersebut, Presiden Jokowi juga menyampaikan beberapa pandangannya dalam upaya memberantas ancaman terorisme. Jokowi pun tak segan mengundang Trump untuk berkunjung ke Indonesia.
LARISSA HUDA