TEMPO.CO, Caracas - Presiden Venezuela Nicolas Maduro mendukung serangan terhadap gedung parlemen oleh sekitar 100 orang, Rabu, 15 Juli 2017 yang memicu. Akibat aksi tersebut sedikitnya 15 anggota oposisi cedera
Saat serangan berlangsung, sejumlah media melaporkan, aparat keamanan tak kuasa menahan laju pelaku yang membawa tongkat besi bahkan senjata api sehingga mereka leluasa melampiaskan aksinya.
Baca: Buronan, Penyerang Mahkamah Agung Venezuela Muncul di Youtube
Aksi brutal yang membuat anggota parlemen berdarah-darah itu mendapatkan dukungan dari Presiden Maduro.
Saat penyerangan berlangsung, Newsy melaporkan, anggota parlemen sedang membahas tekanan terhadap Presiden Maduro agar melakukan referendum terhadap perubahan konstitusi negara.
Baca: Buronan, Penyerang Mahkamah Agung Venezuela Muncul di Youtube
"Pembahasan masalah referendum itu akan diselanggarakan pada 16 Juli 2017," kata anggota oposisi parlemen yang menjadi korban serangan kepada media.
Dalam siaran media sosial yang beredar, tampak sejumlah orang bermasker menendang dan memukuli anggota parlemen di luar gedung parlemen Palacio Federal Legislativo di Caracas.
"Selain menyerang anggota parlemen, pria bersenjata pentungan itu juga menyerang wartawan dan merampas peralatan kerja mereka," tulis Newsmax, Rabu, 5 Juli 2017.
Baca: Krisis Venezuela, Helikopter Lempar 4 Granat ke Mahkamah Agung
Dua hari sebelum penyerangan itu berlangsung, oposisi di parlemen menantang Maduro melakukan referendum tidak resmi agar rakyat Venezuela bebas menentukan suaranya mengenai konstitusi negara.
Pada Maret 2017, oposisi Venezuela memberikan cap kepada presiden Nicolas Maduro sebagai seorang diktator. stigma ini diduga membuat Maduro murka yang diikuti oleh para pendukungnya.
NEWSY | NEWSMAX | CHOIRUL AMINUDDIN