TEMPO.CO, Jakarta-Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyinggung masalah intoleransi yang dihadapi dunia saat ini. Menurut dia, kemajuan yang telah dicapai akan sia-sia tanpa membela toleransi dan moderasi.
"Jika kita tidak membela toleransi dan moderasi dan rasa hormat terhadap orang lain, jika kita mulai meragukan diri sendiri dan semua yang telah kita capai, maka sebagian besar kemajuan yang kita buat tidak akan berlanjut," kata Obama seperti dikutip dari Independent, Ahad 2 Juli 2017.
Baca Juga:
Pernyataan itu ia sampaikaan saat pidato di Kongres Diaspora Indonesia yang diselenggarakan di Hall Mall Kasablanka Jakarta Sabtu waktu setempat.
Bagi Obama, akan ada banyak orang yang ingin membatasi kebebasan pers jika ada banyak orang yang melawan demokrasi. "Dan kita akan lebih banyak melihat intoleransi, perpecahan suku, perpecahan etnis, dan perbedaan agama, kemudian lebih banyak lagi kekerasan," ujar dia.
Dia meyakini, segala tindakan intoleran akan menimbulkan perpecahan di masyarakat. Karena itu, ia mendesak dunia agar melawan intoleransi dan melawan nasionalisme yang agresif.
Pidato Obama itu didengar sekitar 9 ribu peserta dari sekitar 55 negara di dunia. Pidato itu diduga sebagai bentuk kekecewaannya terhadap langkah Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menarik diri dari Perjanjian Iklim Paris.
"Di Paris, kami berkumpul dalam kesepakatan yang paling ambisius dalam sejarah tentang perubahan iklim," tutur dia. "Sebuah kesepakatan bahwa meski dengan tidak adanya kepemimpinan Amerika Serikat, nantinya akan tetap dapat memberi anak-anak kesempatan berjuang."
Perjanjian Paris adalah hasil kesepakatan dalam Konferensi Perubahan Iklim COP ke-21 di Paris (COP 21 Paris) pada 2015.
Kesepakatan diinisiasi menggantikan Protokol Kyoto, memuat perjanjian pembatasan kenaikan suhu global berada di bawah 2 derajat Celcius serta berupaya membatasi kenaikan hingga 1,5 derajat Celcius.
Upaya yang diambil Obama semasa menjadi presiden dengan menyepakati Perjanjian Paris dihancurkan oleh Trump yang memutuskan menarik Amerika Serikat dari kesepakatan tersebut.
INDEPENDENT | AVIT HIDAYAT