TEMPO.CO, India -Seorang wanita India yang diperkosa oleh sopir Uber menggugat perusahaan pada Kamis, 15 Juni 2017. Perusahaan transportasi platform online itu dianggap melanggar privasinya untuk kedua kalinya ketika mereka meragukan hasil rekam visum medis yang telah dijalani untuk membuktikan perkara tersebut.
Baca: Sarat Kontroversi, Bos Uber Akhirnya Mundur
Dilansir dari The Guardian, wanita yang tidak disebutkan namanya ini dibantu oleh seorang wanita berkebangsaan Texas, Jane Doe untuk menuntut CEO Uber, Travis Kalanich dan mantan eksekutif Eric Alexander dan Emil Michael karena telah melanggar privasi dan memfitnah karakternya.
kasus ini berawal dari tragedi pemerkosaan pada 2014 lalu yang menimbulkan kemarahan yang meluas terhadap Uber di India hingga membuat layanan taksi online ini untuk sementara dihentikan di New Delhi. Seorang korban merupakan penumpang Uber yang dikendarai oleh Shiv Kumar Yadav, yang kini telah dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Uber pun terkena imbasnya. Perusahaan menghadapi kritik keras karena kegagalannya mengetahui latar belakang supir. Sebab saat kasus itu terungkap, ternyata sopir juga sedang menghadapi empat kasus kriminal lainnya.
Perusahaan start up berkapitalisasi pasar sekitar USD 70 miliar ini awalnya menyatakan dukungannya kepada korban. Kalanick menyatakan, pihaknya akan melakukan segala hal untuk membantu korban. "Saya ulangi, kami akan melakukan segala sesuatu untuk membawa pelaku ini ke pengadilan serta mendukung korban dan keluarga untuk pemulihannya," kata kalanick saat itu.
Namun pekan lalu Uber memiliki pandangan berbeda secara internal. Direktur Bisnis Uber untuk Asia Pasifik, Alexander dilaporkan melakukan perjalanan ke India beberapa hari setelah pemerkosaan tersebut, dan ia mendapatkan catatan medis korban. Alexander kemudian membagikan rekam medis itu kepada kalanick dan Michael, dan mereka berteori bahwa korban sebenarnya merupakan bagian dari konspirasi perusahaan sejenis, Ola, untuk merusak reputasi Uber.
"Sangat mengejutkan bahwa sebelumnya Travis kalanich dapat secara terbuka mengatakan bahwa Uber akan melakukan segalanya untuk mendukung klien dan keluarganya dalam pemulihan, lalu ia dan eksekutif lainnya meninjau rekam medis yang diperoleh secara ilegal dan terlibat dalam terori persekongkolan yang menyatakan aksi pemerkosaan brutal itu palsu," ucap Jane Doe, Douglas Wigdor dalam pernyataannya.
Tuntutan itu tersebut menuduh bahwa Alexander telah menemui polisi di New Delhi untuk memperoleh rekam medis korban. Meski salinan dokumen itu telah diserahkan kembali oleh Alexander, tuntutan itu menyebut bahwa Uber masih memilikinya.
Alexander dipecat pada tanggal 6 Juni lalu, setelah wartawan dari Recode dan gerai lainnya mulai menanyakan kejadian tersebut. Menurut New York Times, juru bicara Uber berbohong kepada seorang reporter Times pada April lalu saat dia menanyakan masalah ini.
Baca: Berkomentar Miring Soal Perempuan, Direktur Uber Akhirnya Mundur
Michael meninggalkan Uber pada Senin, 12 Juni lalu di tengah tekanan dari dewan direksi, disusul Kalanick yang memulai cuti tak terbatas pada hari Selasa.
DESTRIANITA | THE GUARDIAN